Ekonom senior, Fuad Bawazier, mendengar bahwa semua itu terjadi hanya karena RUU Pilkada dimenangkan Koalisi Merah Putih. Sesaat setelah itu, kapitalis asing dan kaki tangannya di Indonesia gusar. Namun, Fuad meminta semua pihak tak perlu resah.
"Tenang saja dengan kabar larinya modal asing Rp 800 miliar dari BEI. Apalagi itu hanyalah
hot money bukan FDI (Foreign Direct Investment). Jumlah itu tidak ada arti apa-apa bagi ekonomi Indonesia, dan sudah rutin modal
in and out seperti itu," kata Fuad lewat pesan elektronik kepada redaksi.
Fuad mengetahui bahwa reaksi pasar elite hanya sesaat, sekadar ingin mendapatkan pengakuan eksistensinya. Dan pada akhirnya yang mereka ikuti hanya naluri bisnis yaitu berburu keuntungan.
"Dan naluri keuntungan akan di-
drive oleh faktor-faktor objektif di pasar, bukan faktor politik. Buktinya rupiah tetap melemah padahal Jokowi yang katanya jago yang mereka inginkan sudah menang jadi presiden," ungkapnya.
Fuad menambahkan, pelaku pasar elite yang didominasi pemodal asing juga menginginkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dinaikkan, dan bila nanti Jokowi mengabulkannya maka rupiah akan menguat 1-3 hari saja untuk menunjukkan "pasar" menyambut baik kebijakan Jokowi menaikkan harga BBM.
"Tapi, setelah itu, rupiah akan ambruk. Jadi kita tidak usah ketakutan dengan perilaku bandit elite pasar itu. Hanya sesaat. Mereka akan tetap 'ngamen' di Indo selama ada keuntungan, sementara kita lebih banyak dirugikan oleh kehadiran modal asing yang terlalu bebas," terangnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: