"Keberhasilan itu sekaligus menunjukkan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia bukan otopilot, namun ada proses, perjuangan dan faktor
leadership dari pemimpin negara," kata Sekretaris Kabinet (Seskab) Dipo Alam, di ruang kerjanya, Selasa (1/7).
Ia memuji leadership Presiden SBY yang dihargai pemimpin RRT, baik dalam masalah Laut China Selatan maupun dalam renegosiasi harga LNG Tangguh.
"Tidak mudah bagi siapapun meyakinkan Pemerintah RRT untuk menaikkan harga bahan impor yang disepakati dalam kontrak, jika tidak memiliki leadership yang hebat sebagaimana dilakukan Presiden SBY," kata Seskab, dikutip dari situs resmi sekretariat kabinet.
Karena itu, Seskab Dipo Alam berharap agar Presiden RI mendatang memiliki sikap seperti Presiden SBY, yang memiliki kemampuan pengetahuan ekonomi yang tinggi, serta memiliki leadership yang dihargai oleh pemimpin negara lain.
China National Offshore Oil Corporation (CNOOC), perusahaan BUMN asal Republik Rakyat Tiongkok (RRT) setuju menaikkan harga beli gas Tangguh di Papua Barat ke Provinsi Fujian, Tiongkok. Harganya berubah dari 3,3 dollar AS per MBT menjadi 8 dollar AS per MMBTU.
"Harga gas Tangguh naik cukup signifikan dan tidak tetap, yaitu mengikuti harga minyak dunia. Ini menjadi good news untuk pemerintah ke depan,†kata Menteri ESDM, Jero Wacik, dalam keterangannya kepada wartawan di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin (30/6).
Kontrak penjualan gas Tangguh ke Tiongkok dilakukan pada era pemerintahan Presiden Megawati dengan harga awal 2,4 dollar AS per MMBTU. Setelah melalui negosiasi, pada 2006, pemerintahan RRT bersedia menaikkan harga beli gas Tangguh menjadi 3,3 dolar AS per MMBTU.
[ald]
BERITA TERKAIT: