Kepala Pengkajian Energi Universitas Universitas Indonesia, Iwa Garniwa mengatakan, selama ini, banyak dari broker gas itu mendapatkan konsumsi dari PT Pertagas, anak usaha PT Pertamina (Persero). Hal ini dinilainya bukan merupakan bisnis yang baik karena tidak mengembangkan infrastruktur gas.
"Harusnya para trader yang beli gas dari Pertagas itu juga bangun infrastruktur dalam rangka melengkapi infrastruktur gas di Indonesia," katanya saat dihubungi, Jumat (21/2).
Justru ia melihat pengembangan infrastruktur gas di Indonesia cenderung dilakukan oleh PT Perusahaan Gas Negara, Tbk (PGN). Adapun Pertagas, banyak mendapat warisan jaringan pipa dari induknya yaitu Pertamina. Beberapa proyek pipanisasi gas bumi yang harusnya diselesaikan Pertagas tak kunjung beres. Ia mencontohkan, pipanisasi Gresik-Semarang. Pertamina memenangkan tender pembangunan pipa Gresik-Semarang itu pada 2006 silam. Namun hingga saat ini belum juga ada tanda-tanda akan dibangun.
Menurut Iwa, selayaknya infrastruktur gas di Indonesia bisa dibangun dan dikelola dengan maksimal. Hal ini bisa terjadi jika Pertagas terkelola lebih maksimal. Karenanya ia menyarankan, sebaiknya PGN segera mengakuisisi Pertagas.
"Saya setuju, PGN kemudian mengakuisisi Pertagas. Biarkan Pertamina konsentrasi di minyak, toh itu tugas mulia dan sesuai core bisnisnya," katanya.
Pertamina sebagai induk dari Pertagas, menurut dia, sudah tak perlu lagi mengurusi hilir gas dan fokus pada upaya untuk menaikkan lifting minyak.
"Jelas sangat aneh Pertamina yang sudah lebih tua kalah dengan Grup Medco yang masih muda, sudah punya banyak ladang minyak di berbagai negara," kata Iwa.
"Biarkan perusahaan BUMN punya core bisnis masing-masing, bukan malah mendorong PGN diakuisisi Pertamina, itu jelas bukan penyelesaian cerdas menurut saya," imbuhnya
.[wid]
BERITA TERKAIT: