Seremoni pengakhiran pertambangan tersebut dilakukan Direktur Operasi Antam Tedy Badrujaman dihadiri Wakil Bupati Bintan Khazali.
“Proses pengakhiran tambang tersebut merupakan bagian dari komitmen perseroan dalam mengelola pertambangan,†kata Tedy.
Menurut dia, perseroan berkomitmen memberikan manfaat maksimal bagi stakeholders, sejak awal kegiatan operasi hingga proses penutupan tambang dan pasca kegiatan tambang berakhir.
Tambang yang dinamakan setelah Gunung Kijang ini merupakan tambang yang mulanya dikelola perusahaan Belanda, Naamloze Vennootschap Nederlandsch Indische Bauxit Exploitatie Maatschappij, sejak tahun 1935.
Di tahun 1959, pemerintah secara resmi mengambil alih tambang Kijang dan pada akhirnya menyerahkan pengelolaannya ke Antam di tahun 1968.
Antam menghentikan kegiatan penambangan bauksit di Kijang sejak 22 September 2009, namun perseroan masih tetap menjalankan berbagai program pasca tambang.
Meliputi kegiatan reklamasi, revegetasi, serta corporate social responsibility (CSR) untuk memulihkan lingkungan yang terganggu dan mempercepat kemandirian ekonomi masyarakat setempat.
Di 2011, Antam telah meresmikan Monumen dan Relief Sejarah Pertambangan Bauksit Kijang. Pembangunan monumen dan relief ini merupakan salah satu bentuk kontribusi perseroan sebagai bagian dari warisan sejarah masyarakat di sekitar Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau. Dengan demikian, pertambangan bauksit di Kijang akan dikenang dari generasi ke generasi. ***