Demi mencapai target yang diharapkan, emiten pelat merah ini akan memacu penjualan ekspor melalui Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia (BKDI) ke negara tujuan seperti Belanda, Amerika Serikat, Jepang, Singapura dan China. ,
Direktur Utama Timah Sukrisno mengatakan, peningkatan volume penjualan akan dibarengi dengan kenaikan harga jual timah. “Tahun depan, volume penjualan mungkin akan sekitar 25 ribu hingga 30 ribu metrik ton,†katanya.
Menurutnya, harga timah di bursa timah tahun ini mencapai 25 ribu hingga 26 ribu dolar AS per ton. Sedangkan tahun depan proyeksi harga jual timah meningkat 30 ribu hingga 35 ribu dolar AS.
Jika harga jual timah mencapai proyeksi yang diharapkan, dengan produksi mencapai 30 ribu ton maka perseroan berpotensi meraup pendapatan usaha 900 juta dolar AS atau sekitar Rp 9 triliun.
Sukrisno mengungkapkan optimismenya terhadap harga jual timah akan terus merangkak naik, mengingat adanya pembatasan ekspor timah ke negara lain yang tidak tergabung dalam bursa timah. , Pasalnya, Indonesia adalah negara pengekspor terbesar di dunia.
Untuk mencapai target penjualan, perseroan siap menggelontorkan belanja modal (capex) Rp 150 miliar. Nilai ini jauh lebih kecil dibanding alokasi belanja modal tahun ini yang sebesar Rp 1,4 triliun. ***