Demikian dikatakan Wakil Ketua Komisi IV DPR Firman Subagyo ketika berbicara dalam
talk show DPD RI tentang "Menjaga Ketahanan Pangan", Jumat (6/9).
Menurut politisi Golkar ini petani kedelai kini banyak yang beralih menanam jagung hibrida yang memberikan keuntungan lebih besar.
Masa keemasan petani kedelai, sambungnya, terjadi pada tahun 1992. Kala Soeharto masih menjabat presiden, Indonesia memiliki lahan yang ditanami kedelai seluas 1.700 hektar. Kini luas lahan kedelai semakin menyusut menjadi hanya 600 hektar.
"Dulu kedelai kita surplus," ujar Firman sambil menambahkan saat ini kekurangan kedelai menjadi lahan baru bagi kartel untuk merajai impor.
Baru-baru ini Menteri Perdagangan Gita Wirjawab menjelaskan bahwa kenaikan harga kedelai bukan karena ulah kartel, namun akibat nilai tukar rupiah melemah dan harga kedelai impor dari Amerika Serikat memang sedang tinggi.
Sementara anggota Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) Munrokhim Misanam beberapa waktu lalu mengatakan pihaknya menemukan indikasi gejolak harga kedelai akibat praktik kartel impor.
Indikasi itu dapat dilihat dari penjelasan tentang jumlah stok kedelai yang tidak sama antara data yang dilaporkan Kementerian Perdagangan dan data yang dilaporkan importir.
"Kita belum tahu (siapa pelakunya). Akan didalami dulu biar jalan prosesnya, dan akan menjadi titik masuk bagi kita untuk melakukan kroscek," ujar Munrokhim.
[rus]
BERITA TERKAIT: