Pengusaha Sawit Mesti Dikasih Insentif Ekspor

Kurangi Defisit Perdagangan

Rabu, 04 September 2013, 09:35 WIB
Pengusaha Sawit Mesti Dikasih Insentif Ekspor
ilustrasi
rmol news logo Pemerintah diminta untuk memberikan insentif ekspor komoditas hasil perkebunan seperti minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) untuk mengurangi defisit perdagangan yang diakibatkan oleh membengkaknya impor minyak.

Wakil Ketua Komisi IV DPR Firman Subagyo mengatakan, rontoknya rupiah disebabkan laju impor yang tinggi dan defisit neraca perdagangan Indonesia.

Menurutnya, saat ini ekspor komoditas perkebunan tidak mampu mengimbangi impor migas.

“Karena itu, komoditas primer khususnya sawit perlu didukung untuk mendorong ekspor. Karena ini yang membuat surplus neraca perdagangan Indonesia,” katanya di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, insentif bagi ekspor komoditas primer dapat diberikan berupa kemudahan regulasi dan penurunan pungutan ekspor. Hal ini perlu dilakukan untuk menyelamatkan perekonomian dari ancaman krisis. Pemerintah, perlu serius mengkaji berbagai terobosan seperti insentif bagi ekspor komoditas primer untuk menyelamatkan perekonomian negara.

Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), nilai ekspor CPO dan turunannya pada periode Januari-Juni 2013 mencapai 9,62 miliar dolar AS. Tahun lalu nilai ekspor CPO dan turunannya mencapai 21,29 miliar dolar AS.

Semantara, volume ekspor CPO periode Januari-Juli 2013 mencapai 11,34 juta ton. Sementara total volume ekspor CPO pada tahun lalu mencapai 16,8 juta ton.

Pengamat ekonomi Hendri Saparini, mengatakan defisit neraca perdagangan akibat importasi migas akan sulit diimbangi dengan ekspor produk komoditas perkebunan. Impor migas Indonesia saat ini cukup tinggi.

Menurut dia, beberapa cara yang perlu dipikirkan pemerintah untuk meningkatkan ekspor komoditas antara lain seperti pemilihan pasar dan produk komoditas yang tepat. Sebab mencari pasar baru saat ini tidaklah mudah, karena mayoritas penjualan komoditas Indonesia lebih banyak berasal dari sejumlah pasar tradisional.

“Jika pemerintah sudah memiliki dan siap menjalankan strategi, maka dengan outlook 2014 yang diprediksi akan membaik di mana pasar Jepang, Amerika dan  China mulai rebound, maka  ekspor komoditas kita akan bagus nantinya,” ujar Hendri.

Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, dengan kondisi rontoknya rupiah, sejumlah eksportir diharapkan bisa memanfaatkan penambahan volume, terutama bahan material dasar. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA