Pada hari Jumat pagi (23/8), Presiden akan memutuskan paket kebijakan pemerintah untuk mengatasi permasalahan ekonomi saat ini dan pada hari itu pula akan diumumkan oleh para menteri teknis di bidang ekonomi.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan hal ini dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Rabu siang (21/8), usai memimpin rapat terbatas kabinet bidang perekonomian. Ketika memberi keterangan, Presiden didampingi Wapres Boediono.
"Saya berharap kepada seluruh rakyat Indonesia untuk mendukung langkah pemerintah mengatasi permasalah ekonomi saat ini," kata SBY, dikutip dari
presidenri.go.id.
Sebelum memberikan keterangan pers, Presiden SBY menggelar rapat terbatas yang dihadiri, antara lain, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menko Kesra Agung Laksono, Menkeu Chatib Basri, Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana, Menperin MS Hidayat, dan Mendag Gita Wirjawan. Hadir pula Gubernur BI Agus Martowardojo.
Beberapa hari terakhir terjadi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang cukup signifikan. Hal itu diikuti dengan menurunnya indeks harga saham gabungan (IHSG). Ada dua faktor penyebab penurunan tersebut. Pertama, ditetapkannya kebijakan moneter di Amerika Serikat yang berpengaruh terhadap situasi keuangan di banyak negara. Sedangkan faktor lainnya adalah ekspor Indonesia yang menurun akibat ekonomoni dunia sedang mengalami resesi.
Presiden SBY menekankan bahwa nilai impor Indonesia saat ini masih tinggi. Hal ini mempengaruhi neraca perdagangan.
"Ada kekhawatiran dari pasar, baik luar maupun dalam negeri, kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun tajam," terang SBY.
Kala neraca pembayaran dan perdagangan defisit maka bukan tidak mungkin ekonomi Indonesia akan terus memburuk. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di papan tengah kalau dibandingkan dengan negara Asia lainnya.
Presiden berharap pertumbuhan ekonomi tidak mengalami pelambatan yang tajam. Dengan adanya dampak akibat kebijakan pengurangan stimulus fiskal (quantitative easing) di AS, perlu kerja keras bersama untuk mewujudkan terget pertumbuhan 6,3 persen
. [ald]
BERITA TERKAIT: