Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan tiÂdak akan berimbas signifikan terÂhadap kinerja industri. NaÂmun, rencana kenaikan tarif daÂsar lisÂtrik (TDL) yang waktunya diÂanggap berdeÂkatan dengan keÂnaikan harga BBM justru yang bikin pengusaha lebih khawatir.
Ketua Umum Asosiasi PenguÂsaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi menyatakan, tidak seÂtuju dengan recana kenaikan TDL. Apalagi harga BBM akan naik bulan April.
“Saya saÂngat tidak setuju dengan rencana kenaikan TDL. Kami pengusaha menolak jika pemerintah melaÂkukan hal itu pada tahun ini. Paling tidak haÂrus ditunda hingga tahun deÂpan,†tegasnya saat dikontak Rakyat Merdeka di Jakarta, kemarin.
Diakui Bos Gemala Group ini, kenaikan TDL sangat memÂbeÂratkan dunia usaha karena akan menambah biaya produksi. SeÂmentara untuk meÂnaikkan harÂga jual tidak mudah, karena daya beli masyarakat lagi anjlok. Jadi yang sudah pasti terpukul adaÂlah produksi dan penjualan.
“Sudah harga BBM dinaikkan, lalu TDL juga mau naik, susahÂlah nanti perusahaan-perusaÂhaÂan. Apalagi para pengusaha kecil dan menengah tentu sangat kebeÂratan. Bisa gulung tikar semua mereka itu nanti,†ungkapnya.
Dengan kondisi ini, dia memÂperkirakan kalangan penguÂsaha akan menghentikan proÂduksi daÂlam negeri dan memilih impor.
“Kalau biaya produksi senÂdiri di dalam negeri mahal, para peÂnguÂsaha akan lebih memiÂlih meÂngimpor barang,†tanÂdasnya.
Sebelumnya, Menteri PerinÂdusÂtrian MS Hidayat mengataÂkan, kenaikan harga BBM bisa berimÂbas bagi industri. Namun, dari hasil kalkulasi dampak yang dihasilkan tidak terlalu besar. JusÂtru dampaknya semakin terasa kalau diikuti kenaikan TDL.
“Nah itu mungkin production cost komÂponennya akan meÂningkat. KeÂmungkinan apakah ada yang ditunda itu masih baru wacana. Itu kan bisa bertahap,†ujar Hidayat.
Menko PerekonoÂmian Hatta Rajasa memastikan TDL akan naik 3 persen pada Mei nanti. Namun, soal sasaran konsumen yang terÂkena kenaikan tersebut, pihakÂnya masih mengkaji.
“Yang jelas untuk kelas bawah tidak naik. Kemungkinan besar yang kelas menengah ke atas,†katanya.
Menteri Keuangan Agus MarÂtoÂwardojo mengaku sudah meÂnyiapkan penyesuaian harga TDL pada Mei, Agustus dan NoÂvemÂber yang masing-masing penyeÂsuaian sebesar 3 persen.
Sebelumnya, pemerintah meÂnyiapÂkan kenaikan harga TDL sebesar 10 persen pada 1 April. TaÂpi karena pembahasan kenaikÂan TDL tersebut masih berÂlangÂsung hingga akhir Januari, maka pemerintah mengubah rencana tersebut.
“Maka dalam RAPBN Peruba-han kami menghapuskan alokasi cadangan risiko fiskal lainnya, yaitu risiko kenaikan tarif tenaga listrik,†tambah Agus.
Dalam Nota Keuangan dan RAPBN-P 2012 disebutkan bahÂwa alokasi risiko kenaikan TDL sebesar Rp 9.790,8 miliar tidak diperlukan lagi mengÂingat TDL akan dinaikkan pada tahun 2012.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor dari JanuÂari-November 2011 menÂcapai 160,96 miliar dolar AS. Angka ini naik 31,38 persen dibandingÂkan periode yang sama tahun 2010. Kepala BPS Pusat Suryamin menÂjelaskan, dari total impor terÂsebut, impor non migas tercatat sebesar 123,91 miliar dolar AS.
“Barang terbesar mesin dan perÂalatan mekanik termasuk traktor motor sebesar 22,21 miÂliar dolar AS dan yang kedua adalah mesin dan peralatan lisÂtrik seÂbesar 16,60 miliar dolar AS,†ungkap Suryamin.
Pangsa impor didominasi oleh China senilai 23,15 miliar dolar AS, disusul Jepang 17,46 miliar dolar AS serta Singapura 9,55 miliar dolar AS. [Harian Rakyat Merdeka]
< SEBELUMNYA
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: