Pengusaha Minta Kenaikan TDL Digeser Tahun Depan

Tidak Sanggup Pikul Beban Produksi dan Penjualan

Sabtu, 10 Maret 2012, 08:28 WIB
Pengusaha Minta Kenaikan TDL Digeser Tahun Depan
ilustrasi/ist
RMOL.Kalangan pengusaha meradang dengan rencana pemerintah menaikkan tarif setrum sebesar 3 persen per 1 Mei nanti. Mereka akan lebih memilih barang impor ketimbang produksi di dalam negeri.

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan ti­dak akan berimbas signifikan ter­hadap kinerja industri. Na­mun,  rencana kenaikan tarif da­sar lis­trik (TDL) yang waktunya di­anggap berde­katan dengan ke­naikan harga BBM justru yang bikin pengusaha lebih khawatir.

Ketua Umum Asosiasi Pengu­saha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi menyatakan, tidak se­tuju dengan recana kenaikan TDL. Apalagi harga BBM akan naik bulan April.

“Saya sa­ngat tidak setuju dengan rencana kenaikan TDL. Kami pengusaha menolak jika pemerintah mela­kukan hal itu pada tahun ini. Paling tidak ha­rus ditunda hingga tahun de­pan,” tegasnya saat dikontak Rakyat Merdeka di Jakarta, kemarin.

Diakui Bos Gemala Group ini, kenaikan TDL sangat mem­be­ratkan dunia usaha karena akan menambah biaya produksi. Se­mentara untuk me­naikkan har­ga jual tidak mudah, karena daya beli masyarakat lagi anjlok. Jadi yang sudah pasti terpukul ada­lah produksi dan penjualan.

“Sudah harga BBM dinaikkan, lalu TDL juga mau naik, susah­lah nanti perusahaan-perusa­ha­an. Apalagi para pengusaha kecil dan menengah tentu sangat kebe­ratan. Bisa gulung tikar semua mereka itu nanti,” ungkapnya.

Dengan kondisi ini, dia mem­perkirakan kalangan pengu­saha akan menghentikan pro­duksi da­lam negeri dan memilih impor.

“Kalau biaya produksi sen­diri di dalam negeri mahal, para pe­ngu­saha akan lebih memi­lih me­ngimpor barang,” tan­dasnya.

Sebelumnya, Menteri Perin­dus­trian MS Hidayat mengata­kan, kenaikan harga BBM bisa berim­bas bagi industri. Namun, dari hasil kalkulasi dampak yang dihasilkan tidak terlalu besar. Jus­tru dampaknya semakin terasa kalau diikuti kenaikan TDL.

“Nah itu mungkin production cost kom­ponennya akan me­ningkat. Ke­mungkinan apakah ada yang ditunda itu masih baru wacana. Itu kan bisa bertahap,” ujar Hidayat.

Menko Perekono­mian Hatta Rajasa memastikan TDL akan naik 3 persen pada Mei nanti. Namun, soal sasaran konsumen yang ter­kena kenaikan tersebut, pihak­nya masih mengkaji.

“Yang jelas untuk kelas bawah tidak naik. Kemungkinan besar yang kelas menengah ke atas,” katanya.

Menteri Keuangan Agus Mar­to­wardojo mengaku sudah me­nyiapkan penyesuaian harga TDL pada Mei, Agustus dan No­vem­ber yang masing-masing penye­suaian sebesar 3 persen.

Sebelumnya, pemerintah me­nyiap­kan kenaikan harga TDL sebesar 10 persen pada 1 April. Ta­pi karena pembahasan kenaik­an TDL tersebut masih ber­lang­sung hingga akhir Januari, maka pemerintah mengubah rencana tersebut.

“Maka dalam RAPBN Peruba-han kami menghapuskan alokasi cadangan risiko fiskal lainnya, yaitu risiko kenaikan tarif tenaga listrik,” tambah Agus.

Dalam Nota Keuangan dan RAPBN-P 2012 disebutkan bah­wa alokasi risiko kenaikan TDL sebesar Rp 9.790,8 miliar tidak diperlukan lagi meng­ingat TDL akan dinaikkan pada tahun 2012.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor dari Janu­ari-November 2011 men­capai 160,96 miliar dolar AS. Angka ini naik 31,38 persen dibanding­kan periode yang sama tahun 2010. Kepala BPS Pusat Suryamin men­jelaskan, dari total impor ter­sebut, impor non migas tercatat sebesar 123,91 miliar dolar AS.

“Barang terbesar mesin dan per­alatan mekanik termasuk traktor motor sebesar 22,21 mi­liar dolar AS dan yang kedua adalah mesin dan peralatan lis­trik se­besar 16,60 miliar dolar AS,” ungkap Suryamin.

Pangsa impor didominasi oleh China senilai 23,15 miliar dolar AS, disusul Jepang 17,46 miliar dolar AS serta Singapura 9,55 miliar dolar AS. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA