Seperti yang sudah diprediksikan sebelumnya, satelit ERS-2 milik Badan Antariksa Eropa (ESA) akhirnya jatuh ke bumi dan mendarat di Samudra Pasifik antara Alaska dan Hawaii pada Rabu (21/2) waktu setempat.
ESA mengatakan risiko yang terkait dengan satelit seberat dua ton itu sangat rendah, namun masih ada kemungkinan pecahannya dapat menghantam daerah berpenduduk padat.
"Perlu digarisbawahi bahwa tidak ada unsur yang mungkin masuk kembali ke atmosfer (dan mencapai permukaan) yang bersifat radioaktif atau beracun," kata Mirko Albani dari Departemen Segmen Tanah Pengamatan Bumi ESA, seperti dimuat
The Independent.
Satelit pengamat Bumi ERS-2 pertama kali diluncurkan pada 21 April 1995, dan merupakan satelit tercanggih dari jenisnya pada saat itu yang dikembangkan dan diluncurkan oleh Eropa.
Bersama kembarannya, ERS-1, satelit ini mengumpulkan data berharga tentang tutupan kutub, lautan, dan permukaan daratan serta mengamati bencana seperti banjir dan gempa bumi di daerah terpencil.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: