Pada diskusi yang diselenggarakan Discordia and B-Club dengan tema
AI: Big Push or Big Trouble, Rabu (27/12), sejumlah masalah hingga manfaat terkait penggunaan AI dipaparkan.
Tiga pembicara dihadirkan, Seterhen Akbar Suriadinata dari Labtek Indie, praktisi bisnis IT Ivan Sugiarto Widodo, serta Sekjen RMPG Hanief Adrian.
Irfani Priananda berpendapat, sejauh ini AI telah menjadi bagian dari hidup manusia, dan telah berfungsi memudahkan tugas manusia, dengan hanya satu perintah.
“Kita tinggal tanya ke AI prompt, nanti AI akan melakukan sesuai perintah, itu sangat memudahkan kehidupan manusia,” katanya, pada diskusi yang digelar di Cafe Titik Temu, Jakarta itu.
Namun, meski memiliki sejuta manfaat, penggunaan AI juga mengancam kehidupan manusia.
Menurut Ivan Sugiarto Widodo, AI potensi berbahaya, karena telah digunakan untuk menyebarkan informasi palsu, seperti
deepfake, bahkan pemalsuan karya.
Deepfake merupakan video rekayasa atau materi digital yang dibuat oleh kecerdasan buatan yang canggih, hingga menghasilkan gambar seperti aslinya. Penggunaan teknologi itu jika tidak dimanfaatkan dengan baik akan sangat berbahaya.
Untuk itu Ivan menegaskan pentingnya menjadi pribadi yang bertanggung jawab dalam menggunakan kecanggihan teknologi.
“AI harus dimanfaatkan, karena teknologi itu dapat membantu mengambil keputusan. Namun pengguna haruslah pribadi yang bertanggung jawab,” katanya.
Dalam diskusi itu, ketiga pembicara sepakat penggunaan AI tetap memerlukan batasan atau regulasi dari pemerintah, untuk meminimalisasi ancaman yang ditimbulkan.
“AI perlu dibatasi, kita perlu mendorong regulasinya. Tapi kita tidak bisa hanya menunggu pemerintah, kita perlu komunitas yang
concern, sekecil apapun pengaruhnya,” timpal Akbar.
BERITA TERKAIT: