Puluhan personel dari Satuan Samapta Polres Tasikmalaya Kota, Sat Reskrim Polsek Indihiang, BPBD, Tagana, mahasiswa penyelam, dan Basarnas turut bergabung dalam upaya pencarian ini.
Kasat Samapta AKP Hartono, mewakili Kapolres Tasikmalaya Kota AKBP Joko Sulistiono menyampaikan, setelah menerima laporan terkait insiden tersebut, pihaknya segera berkoordinasi dengan berbagai elemen.
"Begitu menerima informasi, kami segera berkoordinasi dengan Polsek Indihiang, Sat Reskrim Polres Tasikmalaya Kota, BPBD, Basarnas, dan berbagai elemen lain," ujar AKP Hartono, dikutip
RMOLJabar, Senin, 4 November 2024.
AKP Hartono menambahkan, tim SAR dari Satuan Samapta Polres Tasikmalaya Kota dikerahkan ke lokasi kejadian beserta peralatan seperti perahu karet, kano, tambang, mobil rantis, dan perlengkapan lainnya.
“Kami telah mengerahkan personel rescue dari tim SAR Samapta ke lokasi kejadian untuk mencari korban,” jelasnya.
Sementara itu, Kapolsek Indihiang, Kompol Iwan menyampaikan, kepolisian bersama TNI, BPBD Kota Tasikmalaya, dan warga sekitar terus melakukan pencarian pelajar yang hilang. Pencarian berlangsung di sepanjang Sungai Citanduy yang terhubung dengan saluran irigasi lokasi kejadian.
"Kami terus berkoordinasi dengan BPBD dan Koramil untuk mengatur pencarian. Kami juga sudah melaporkan kejadian ini kepada Basarnas guna mendapatkan bantuan lebih lanjut," jelas Kompol Iwan.
Ia menambahkan, pencarian tidak hanya terfokus di saluran irigasi, tetapi juga menyusuri aliran sungai untuk memperluas pencarian korban yang mungkin tersangkut di tempat lain.
"Kami memohon doa dari masyarakat agar pelajar yang hilang bisa segera ditemukan, dan keluarga korban diberikan ketabahan dalam menghadapi situasi ini," tutup Kompol Iwan.
Sebelumnya, 3 pelajar yang tengah bermain di saluran irigasi dan terseret arus. Akibatnya, satu dari mereka, H (11), siswa kelas 5 SD, hilang. Dua pelajar lainnya berhasil diselamatkan, meski kejadian tetap meninggalkan duka mendalam khususnya bagi keluarga.
Salah satu guru dari ketiga pelajar tersebut, Bima Maulana menjelaskan, arus kuat muncul setelah pintu air di saluran irigasi terbuka mendadak saat mereka bermain air.
"Awalnya mereka hanya bermain air tanpa menyadari bahaya. Mereka mengikuti arus tanpa tahu bahwa pintu air telah terbuka," kata Bima.
Bima bersama seorang guru lain segera berusaha menyelamatkan ketiga siswa tersebut dengan terjun ke dalam saluran irigasi. Meskipun telah berupaya keras, arus yang kuat menghambat penyelamatan.
"Saya berhasil menarik dua siswa keluar, tetapi satu lagi hilang dalam sekejap karena arus yang sangat kuat," ungkapnya.
Peristiwa terjadi saat kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa (Mabit) yang diikuti 24 siswa, terdiri dari 11 laki-laki dan 13 perempuan, dengan dua guru sebagai pendamping. Usai olahraga pagi, beberapa siswa memilih bermain air di saluran irigasi tanpa menyadari bahaya yang mengintai.
BERITA TERKAIT: