Laporan dari Kan dan sumber lain menyoroti rasa ketidakpuasan yang berkembang di kalangan warga Israel mengenai dampak serangan yang tidak terlalu berdampak ke Iran.
Koresponden
Arab Affairs Roy Kays menyarankan bahwa jika dia berada di posisi (Sayyed Ali) Khamenei, dia akan kembali tidur dan menilai situasi terkait serangan terhadap Iran keesokan paginya.
"Serangan baru-baru ini terhadap Iran sebagian besar merupakan pamer yang gagal mencapai tujuan strategis apapun, menurut media Israel, seperti dimuat
Al Mayadeen pada Minggu, 27 Oktober 2024.
Lebih jauh, laporan media menunjukkan bahwa tanggapan terbatas terhadap Iran tersebut bermotif politik, yang dirancang untuk meyakinkan para pendukung Perdana Menteri Netanyahu bahwa tindakan telah diambil.
Tokoh media Israel Rami Yitzhar, yang pernah menjadi perwira senior di polisi militer Israel, percaya bahwa serangan terhadap Iran, yang ia gambarkan sebagai sangat kecil dan lemah, adalah tipu muslihat politik Netanyahu untuk menunjukkan kepada para pendukungnya bahwa ia telah melakukan sesuatu terhadap Teheran.
"Satu-satunya tujuan dari tindakan ini bersifat politis: untuk menunjukkan kepada para pemilih Netanyahu bahwa kami melakukan sesuatu, dan itu saja," ungkap Yitzhar.
Sementara itu, media Israel melaporkan bahwa mantan kepala Divisi Intelijen Mossad Brigadir Jenderal (Purn.) Amnon Sofrin memperingatkan bahwa Iran memiliki kemampuan untuk melancarkan operasi yang sangat ampuh terhadap Israel.
Komentator urusan politik Kan 11 Israel, Gili Cohen, melaporkan reaksi politik awal terhadap serangan terhadap Iran, menyoroti kritik keras dari pemimpin oposisi Yair Lapid.
Lapid mengecam tanggapan Israel, menekankan bahwa tanggapan itu tidak memiliki kekuatan dan signifikansi yang cukup.
Ia menyebut keputusan untuk tidak menyerang target strategis dan ekonomi sangat salah dan menegaskan bahwa Iran seharusnya menghadapi konsekuensi yang jauh lebih keras.
"Keputusan untuk tidak menyerang target strategis dan ekonomi di Iran adalah sebuah kesalahan. Kami dapat dan seharusnya mengenakan harga yang jauh lebih berat kepada Iran," kata Lapid dalam sebuah posting di X.
Ketua Yisrael Beytenu Avigdor Liberman menyebut Israel telah gagal menuntut harga yang sebenarnya dari Republik Islam Iran.
"Kita tidak dapat mengabaikan kenyataan pahit dan fakta bahwa Iran tidak akan berhenti di sini. Mereka akan melanjutkan upaya mereka untuk memperoleh senjata nuklir dan mereka akan terus mentransfer dana dari penjualan minyak dan gas ke Hizbullah, Houthi, milisi Syiah, dan berbagai proksi," kata politisi veteran yang agresif itu dalam sebuah posting di X.
Ia mendesak pemerintah bertindak dengan cara yang mencerminkan kekuatan kita daripada hanya membual di media.
Kritik juga muncul dari dalam koalisi Perdana Menteri Netanyahu. Anggota Knesset Tali Gottlieb dari partai Likud mengatakan bahwa gagal menargetkan fasilitas nuklir Iran akan menyebabkan penyesalan bagi generasi mendatang.
Ia menyebut pilihan untuk tidak menyerang cadangan minyak Iran sebagai kesalahan besar, menekankan bahwa Iran telah membahayakan keamanan Israel dengan meluncurkan rudal ke seluruh entitas tersebut.
"Kami menyia-nyiakan kesempatan untuk melemahkan potensi Iran untuk menjadi kekuatan nuklir selama bertahun-tahun," Gottlieb berpendapat.
Komando militer Israel mengonfirmasi bahwa Angkatan Udaranya sedang melakukan serangan terhadap target militer di Iran pada Sabtu, 26 Oktober 2024.
Namun, pertahanan udara Iran mampu mencegat serangan yang datang, yang menyebabkan kerusakan minimal pada target yang dituju.
BERITA TERKAIT: