Menurut tujuh pejabat Asia Barat, termasuk dua warga negara Iran, dan seorang pejabat Amerika, bom itu telah diselundupkan secara diam-diam ke tempat penginapan Haniyeh, bahkan sejak dua bulan sebelum kejadian.
"Bom tersebut telah disembunyikan sekitar dua bulan lalu di wisma tamu," ungkap laporan tersebut, seperti dimuat
New York Times pada Jumat (2/8).
Wisma tamu tersebut dikelola dan dilindungi oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) dan merupakan bagian dari kompleks besar, yang dikenal sebagai Neshat, di lingkungan kelas atas di Teheran utara.
Haniyeh berada di ibu kota Iran untuk pelantikan presiden terpilih Masoud Pezeshkian pada Selasa (30/7).
Kemudian saat dia berada di penginapan pada Rabu (31/7), bom itu diledakkan dari jarak jauh hingga membunuh Haniyeh dan satu pengawalnya.
"Bom tersebut diledakkan dari jarak jauh, setelah dipastikan bahwa ia berada di dalam kamarnya di wisma tamu tersebut," kata lima sumber.
Menurut dua pejabat Iran, Ledakan bom mengguncang gedung, memecahkan beberapa jendela dan menyebabkan runtuhnya sebagian dinding luar.
Dikatakan bahwa Haniyeh yang merupakan Ketua Biro Politik Hamas di Qatar, telah menginap di wisma tamu tersebut beberapa kali ketika mengunjungi Teheran.
Pejabat Iran dan Hamas mengatakan bahwa Israel bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.
Israel belum secara terbuka mengakui tanggung jawab atas pembunuhan tersebut.
Dalam beberapa jam setelah pembunuhan Haniyeh, spekulasi segera terfokus pada kemungkinan bahwa Israel telah membunuh Haniyeh dengan serangan rudal, mungkin ditembakkan dari pesawat tanpa awak atau pesawat, mirip dengan bagaimana Israel meluncurkan rudal ke pangkalan militer di Isfahan pada bulan April.
Teori rudal tersebut menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana Israel mungkin dapat menghindari sistem pertahanan udara Iran lagi untuk melakukan serangan udara yang begitu berani di ibu kota.
Ternyata, para pembunuh itu berhasil memanfaatkan celah lain dalam pertahanan Iran yang memungkinkan bom ditanam dan disembunyikan selama berminggu-minggu sebelum akhirnya meledak.
Pelanggaran semacam itu, kata tiga pejabat Iran, merupakan kegagalan besar intelijen dan keamanan bagi Iran dan sangat memalukan bagi Garda Revolusi, yang menggunakan kompleks itu untuk tempat peristirahatan, pertemuan rahasia, dan menampung tamu-tamu penting seperti Haniyeh.
BERITA TERKAIT: