Saat itu, Mega tak habis pikir dirinya bisa dijemput paksa aparat kepolisian hingga diinterogasi oleh Kejaksaan lantaran hanya memperjuangkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di era orde baru.
“Saya bingungnya gini ya, waktu itu saya mikir, kita ini (PDIP) sah lho, kok sampai diserang itu
ngopo tho yo (kenapa ya)? Bingung lho saya. Sebenarnya bingungnya ini
toto coro (tata cara) apa ya? Saya dibawa polisi, ditanyai segala macam, dibawa ke Kejaksaan,†ungkap Megawati dalam pidatonya di acara HUT ke-50 PDIP di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Selasa (10/1).
Megawati lantas berbicara kepada pihak kejaksaan yang menginterogasinya dengan pertanyaan berulang-ulang. Namun, Presiden Kelima RI tersebut enggan terkecoh dengan politik labeling zaman Orba kala itu. Tak sedikit pihak-pihak yang kritis terhadap rezim justru dilabeli komunis.
“Terserah apa yang ditulis, hanya satu yang saya bilang, saya enggak mau kalau dibilang komunis karena saya enggak pernah ikut. Kalau saya dibilang Sukarnois,
yes,†tegas Megawati lalu disambut riuh tepuk tangan ribuan kader PDIP.
Mendengar pernyataan Mega, pihak Kejaksaan yang hendak menjemputnya pun sempat merasa bingung dan gugup.
"Mereka pada gugup semua, 'enggak Bu enggak nanti Ibu kita antarkan', saya
emoh (tidak mau) nanti dilihat tetangga katanya tersangka,
ya emoh dewek wae (tidak mau, kalian saja). Gitu loh, pemimpin gagah berani!“ imbuhnya menegaskan.
BERITA TERKAIT: