Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto mendesak Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) segera meneliti penyebab penyakit gagal ginjal akut yang telah menelan ratusan nyawa anak.
"Ini penyakit yang misterius dan tidak boleh disikapi secara sporadis dan biasa-biasa saja. BRIN yang memiliki kapasitas untuk melaksanakan riset kesehatan harus segera mengambil inisiatif strategis tersebut,†tegas Mulyanto kepada Wartawan, Senin (24/10).
"Jangan membiarkannya berlarut-larut. Apalagi kalau yang muncul hanyalah inisiatif impor obat dengan biaya APBN,†imbuhnya.
Dia berharap pemerintah tidak mengulangi kesalahan yang sama ketika pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia, dan lambat dalam menangani serta dijadikan ladang bisnis bidang kesehatan.
"Kita jangan mengulangi kesalahan sebelumnya dalam menangani Covid-19, yang ditengarai sebagai ajang bisnis PCR dan bisnis vaksin,†katanya.
Politisi PKS ini minta pemerintah untuk tidak menyelesaikan masalah ini dengan pendekatan bisnis obat atau bisnis kesehatan.
Dalam kondisi APBN yang terbatas, kata Mulyanto, pemerintah harus cermat secara scientific based dalam menangani kasus kesehatan seperti ini. Jangan belum apa-apa sudah santer rencana impor obat dengan APBN.
"BRIN harus didorong optimal untuk meneliti soal ini secara akurat. Menjawab penyebab dan usulan solusinya. Ini kasus luar biasa, yang perlu didekati secara luar biasa dengan keseriusan,â€demikian Mulyanto.
Pemerintah Indonesia telah mendatangkan obat penyakit gagal ginjal akut progresif atipikal (Cedera Ginjal Akut/AKI). Obat itu didatangkan dari Singapura dan tiba Minggu, (23/10).
Obat yang dimaksud bernama Fomepizole (injeksi) tersebut belum ada di Indonesia, dan hanya ada dari produsen di Singapura. Pemerintah sendiri telah memesan sebanyak 200 vial obat tersebut dengan harga satuan mencapai Rp 16 juta.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa untuk pengiriman tanggal tersebut, sebanyak 26 vial obat Fomepizole akan dibawa dari Singapura ke RI.
BERITA TERKAIT: