Penerbangan ini menandai dimulainya penerbangan komersial regular antara Israel dan UEA. Israel sudah mengantongi ijin dari Saudi Arabia yang wilayahnya dilalui oleh penerbangan ini.
Inilah penerbangan komersial pertama antara Israel dengan dunia Arab, sebagai bagian dari perjanjian normalisasi hubungan diplomatik antara UEA-Israel.
Mesir maupun Yordania yang lebih dahulu melakukan perjanjian damai dengan Israel tidak membuka kerjasama penerbangan komersial.
Bagi Israel, penerbangan El Al langsung dari Tel Aviv menuju Abu Dhabi memberikan keuntungan ekonomi yang luar biasa, mengingat penerbangannya selama ini dari Tel Aviv menuju India dan negara-negara Asia lain, harus memutar untuk menghindari wilayah udara negara-negara Arab.
Sampai saat ini belum ada informasi apakah maskapai UEA juga akan melakukan penerbangan yang sama dari UEA menuju Israel, mengingat dua maskapai milik negara kaya ini termasuk maskapai besar yang merajai penerbangan global, yakni Ethihad yang bermarkas di Abu Dhabi dan Emirates yang bermarkas di Dubai.
Jared Kushner menantu Trump yang berdarah Yahudi bersama sejumlah pejabat Amerika dan Israel, termasuk diantara para penumpang El Al perdana ini.
Sebelumnya, di Jerusalem Kushners bersama Perdana Mentri Israel Benjamin Netanyahu mengadakan konprensi pers, dengan menyatakan bahwa negara-negara Arab dan Israel harus bersatu menghadapi Iran yang dituduhnya sebagai ancaman dan aktor yang menjadi sumber ketidaksetabilan di kawasan Timur Tengah, sembari memuji-muji mertuanya Donald Trump yang menjadi inisiator normalisasi hubungan diplomatik antara UEA-Israel, dengan sebuah tawaran yang disebutnya "pragmatis dan realistis", yang katanya menjanjikan kedamaian dan kemukmuran di kawasan.
Akan tetapi pada saat bersamaan, ia menegaskan dukungan Amerika atas pemindahan ibukota Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem dan aneksasi Israel atas dataran tinggi Golan, untuk menjamin keamanan negara Zionis Israel.
Sebelumnya Menlu Amerika Mike Pompeo berkeliling mengunjungi UEA, Bahrain, Oman, dan Sudan, negara-negara Arab yang didorong Amerika untuk segera menyusul mengikuti jejak UEA.
Bahrain dan Oman disebut-sebut akan diundang ke Gedung Putih untuk ikut menyaksikan secara langsung penandatangan perjanjian damai UEA-Israel yang akan ditandatangani oleh Perdana Mentri Benjamin dan Putra Mahkota Muhammad bin Zayed (MBZ).
Ada dua hal yang bisa dibaca di balik pidato Jared Kushners di Yerusalim yang dilakukan tepat sehari sebelum penerbangannya yang dinyatakan penerbangan bersejarah dari Tel Aviv ke Abu Dhabi.
Pertama, apa yang dilakukannya merupakan bagian dari kampanye politik yang ditujukan kepada komunitas Yahudi di Amerika, yang akan menentukan pilihannya pada Pilpres yang akan berlangsung November mendatang.
Kampanye ini sangat menentukan nasib Donald Trump sebagai petahana yang mewakili Partai Republik, menghadapi lawan beratnya dari Partai Demokrat Joe Biden. Apalagi jejak pendapat yang dilakukan sejumlah lembaga independen menunjukkan Donald Trump tertinggal jauh dari lawannya.
Kedua, normalisasi hubungan diplomatik antara UEA-Israel dilakukan sebagai bagian dari upaya Amerika menggalang dukungan dunia Arab dan dunia Islam, untuk menghadapi Iran dan Turki di Timur Tengah dan China di tingkat global.
Strategi dan taktik ini mirip dengan apa yang pernah dilakukan Inggris ketika menghadapi Turki Usmani menjelang meletusnya Perang Dunia Pertama. Inggris berhasil mendapatkan dukungan politik dan militer dunia Arab, yang kemudian digunakan untuk menusuk dari belakang kekuatan militer Turki Usmani.
Sementara secara global Amerika tampaknya ingin mengulangi suksesnya mengalahkan Uni Soviet, untuk digunakan menghadapi China saat ini. Saat itu Amerika menggalang dukungan politik dan militer dunia Islam, untuk mengusir Tentara Merah yang dituduhnya kafir dan anti Tuhan dari Afghanistan.
Para Mujahiddin kemudian datang dari seluruh dunia dan dana mengalir dari negara-negara Arab kaya di kawasan Teluk. Akibatnya Soviet bukan saja mundur dari Afghanistan, akan tetapi juga diikuti dengan ambruknya Uni Soviet yang sebelumnya sangat ditakuti Amerika dan negara-negara Barat yang tergabung dalam NATO.
Kalau dulu Inggris berhasil menggunakan strategi dan taktik merangkul dan memecah seperti ini untuk menekuk Turki, dan Amerika berhasil menghancurkan Uni Soviet. Maka apakah cara yang sama, saat ini juga berhasil digunakan Amerika untuk membungkam Iran dan Turki di Timur Tengah , dan China dalam pertarungan globalnya ?
Wallahua'lam. Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi.
BERITA TERKAIT: