Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Analisis Intelijen: Potensi Indonesia Menjadi Epicentrum Wabah Virus Corona

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/adipati-karnawijaya-5'>ADIPATI KARNAWIJAYA</a>
OLEH: ADIPATI KARNAWIJAYA
  • Selasa, 24 Maret 2020, 22:31 WIB
Analisis Intelijen: Potensi Indonesia Menjadi Epicentrum Wabah Virus Corona
Presiden Joko Widodo meninjau Rumah Sakit Darurat Covid-19 di Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Senin (23/3)./Net
PEMERINTAH melalui Satgas Penanggulangan Corona yang terdiri dari Kemenkes, BNPB, TNI/Polri dan pihak-pihak terkait perlu melakukan intervensi terhadap penanganan penularan wabah virus corona di berbagai daerah.

Selain itu, pemerintah juga diimbau untuk tidak sungkan memberikan sanksi tegas terhadap masyarakat yang menyembunyikan atau menutupi adanya penularan virus tersebut. Ini perlu dilakukan untuk memotong laju pertumbuhan serta potensi penularan yang semakin meluas secepat mungkin.

Latar Belakang Peristiwa

Pertama: Dugaan Penularan Virus Corona di Seminar GPIB, Bogor

Pada 20 Maret 2020, di Bogor, Majelis Sinode Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) mempublikasikan surat edaran bernomor 9456/III-20/MS.XX tertanggal 13 Maret 2020 yang berisi himbauan terhadap peserta seminar persidangan Sinode Tahunan GPIB 2020 di Bogor untuk segera memeriksakan diri bagi yang tidak sehat sebagai upaya pencegahan terkait penyebaran virus corona.

Seminar tersebut dilaksanakan di hotel Aston Bogor pada 26 s.d. 29 Februari 2020 dengan dihadiri oleh lebih dari 600 jemaat gereja dari seluruh Indonesia.

Sementara, di Solo, Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) setelah didapati 6 orang positif virus corona, 2 diantaranya (pria 59 tahun dan wanita 46 tahun) meninggal dunia.

Keenam pasien tersebut telah menerima perawatan di RSUD dr Moewardi, Solo setelah merasakan gejala batuk dan pilek, serta memiliki riwayat telah menghadiri seminar di Bogor.

Selain itu, di Wonogiri, Bupati Wonogiri, Joko Sutopo menyampaikan sebanyak 67 pembesuk pasien positif virus corona asal Wonogiri berinisial Ny. S sedang di observasi oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat. Ke-67 pembesuk tersebut akan dikelompokkan kedalam kategori Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pemantauan (PDP).

Sebelumnya Ny. S mengeluh sakit dan kemudian dirawat di Rumah Sakit di Wonogiri, namun setelah kondisinya tidak kunjung membaik pasien tersebut dirujuk ke RSUD dr Moewardi, Solo dan dinyatakan positif virus corona. Pasien tersebut meninggal setelah mendapat perawatan di ruang isolasi.

Ny. S didapati memiliki riwayat telah menghadiri seminar di Bogor dan telah melakukan kontak dengan pasien pria positif virus corona dan meninggal setelah mendapat perawatan di ruang isolasi dr Moewardi.

Sementara itu di Samarinda, Gubernur Kalimantan Timur, Isran Noor menyatakan bahwa di wilayahnya terdapat 1 pasien positif virus corona dan tengah diisolasi di RSUD AW Sjahranie, Samarinda.

Pasien tersebut pernah melakukan kontak dengan korban meninggal akibat virus corona di Solo, serta memiliki riwayat telah menghadiri seminar di Bogor. Sebelum kembali ke Samarinda, pasien tersebut telah melakukan kegiatan di Jakarta dan Bontang dan melaporkan diri sudah dalam keadaan demam, flu dan batuk.

Selanjutnya di Lampung, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Reihana menyatakan, terdapat satu pasien (pria 68 tahun) asal Bandar Lampung yang positif virus corona dan tengah dirawat secara intensif di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung, sebelumnya pasien menderita gejala virus corona dan dilaporkan oleh anaknya karena pasien tersebut memiliki riwayat telah menghadiri seminar di Bogor.

Kemudian di Bogor, Walikota Bogor, Bima Arya menginformasikan terdapat 4 orang pendeta GPIB Bogor meninggal, tetapi bukan karena virus corona. Menurutnya pihak GPIB berhati-hati dalam menyampaikan informasi tersebut supaya tidak terjadi kepanikan.

Keempat pendeta tersebut meninggal dengan berbagai penyebab, seperti Pendeta Eka meninggal karena penyakit jantung, sementara Pendeta Penatua Mangara meninggal karena DBD, Pendeta Ongirlawu meninggal karena sudah tua dan Pendeta Kaihatu meninggal karena kecapaian terlalu diforsir dalam memberikan pelayanan.

Walkot Arya menambahkan bahwa seluruh panitia PST yang sempat bersinggungan dengan keempat pendeta tersebut dalam keadaan baik dengan rentan waktu saat terjadi kontak sudah melewati 3 minggu sementara untuk masa inkubasi penularan selama 2 minggu.

Di sisi lain, di Batam, Kepala Dinas Kesehatan Batam, Didi Kusmajardi menyebutkan terdapat satu pasien seorang pendeta (wanita berusia 51 tahun) positif virus corona. Pasien tersebut merupakan ketua majelis Jemaat GPIB Bahtera Hayat Batam.

Diketahui, pasien tersebut memiliki riwayat perjalanan ke Jakarta, Bogor dan Yogyakarta, serta menghadiri acara seminar GPIB di Bogor pada 26 s.d. 29 Februari 2020 sebelum kembali ke Batam pada 4 Maret 2020.

Awalnya pasien tersebut sempat dirawat dan didiagnosa menderita Demam Berdarah Dengue (DBD), setelah diperbolehkan pulang, pasien tersebut kembali ke rumah sakit dengan mengalami sesak nafas pada 14 Maret 2020, sehingga dirujuk ke RSUD Embung Fatimah, Batam dan dinyatakan positif virus corona pada 19 Maret 2020. Pasien tersebut meninggal dunia setelah sempat menjalani perawatan di ruang isolasi rumah sakit tersebut.

Di Cimahi, telah meninggal dunia Kalaseldik Dispsiad, Kolonel Caj Ardi Sutopo, S.Psi (NRP 1910052970167) akibat virus corona pada 23 Maret 2020, sementara istrinya tengah menjalani perawatan diruang isolasi RS.Dustira Kota Cimahi.

Kolonel Ardi mulai dirawat di RS. Dustira Kota Cimahi sejak 13 Maret 2020 dengan keluhan demam tinggi disertai sesak nafas dan diare, namun pada 23 Maret 2020, Kolonel Ardi dinyatakan meninggal karena positif virus corona. Diketahui, Kolonel Ardi sempat melakukan kontak langsung dengan pendeta yang telah meninggal di Bogor.

Barkaitan dengan hal tersebut, 44 orang perawat yang bertugas di sekitar Kolonel Ardi sewaktu menjalani perawatan akan diperiksa termasuk Karumkit terkait resiko penularan virus corona.

Kedua: Dugaan Penularan Virus Corona di Seminar Antiriba, Bogor

Pada 20 Maret 2020, di Bogor, panitia seminar antiriba mengonfirmasi bahwa seminar antiriba dilaksanakan di Hotel Darmawan Park, Sentul, Bogor pada 25 s.d. 28 Februari 2020 serta telah bertemu dengan Dinkes Bogor untuk menjalani pemeriksaan dan hasilnya negatif virus corona pada 16 Maret 2020 dan juga sudah meliburkan diri seperti kantor-kantor lainnya hingga 2 minggu kedepan, namun pihak panitia tidak bersedia menyebutkan jumlah peserta yang menghadiri seminar tersebut dan mempertanyakan validitas swap medis dari peserta seminar yang dianggap positif virus corona.

Panitia tersebut menyatakan bahwa pihaknya tidak mengetahui adanya peserta seminar yang positif virus corona.

Di Yogyakarta, Juru Bicara Pemerintah Daerah (Pemda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk penanganan virus corona (Covid-19), Berty Murtiningsing menyampaikan terdapat tambahan 2 orang pasien positif corona (pria berusia 60 dan 50 tahun).

Pasien berusia 60 tahun dirawat di RSUD Kota Yogyakarta pernah mengikuti seminar di Sentul, Bogor, sementara pasien berusia 50 tahun dirawat di RSUD Panembahan Senopati pernah bepergian ke Jakarta. Pasien positif virus corona sebelumnya juga tertular dari luar daerah Yogyakarta yaitu, balita berusia 3 tahun dan guru besar UGM berusia 58 tahun.

Selanjutnya di Semarang, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yulian Prabowo mengungkapkan terdapat 4 pasien positif virus corona di Solo dengan 2 diantaranya telah meninggal. Ke-4 pasien tersebut memiliki riwayat menghadiri seminar pengusaha bisnis syariah di Sentul, Bogor pada akhir Februari 2020.

Analisis

Berdasarkan kedua kasus penularan virus corona pada kegiatan Seminar GPIB dan Seminar Antiriba di Bogor disinyalir dapat memicu peningkatan jumlah penularan virus corona di seluruh wilayah Indonesia secara signifikan, hal tersebut tidak terlepas dari banyaknya peserta seminar GPIB yang berasal dari seluruh daerah di Indonesia dan pihak seminar antiriba yang terlihat tidak kooperatif untuk membantu pemerintah daerah Bogor dalam melakukan tracing terhadap orang-orang yang pernah melakukan kontak langsung dengan suspect virus corona.

Sementara, orang-orang yang menjadi pasien positif virus corona baru memeriksakan diri ke pihak rumah sakit maupun Dinas Kesehatan setelah adanya gejala berupa deman, flu dan batuk. Hal tersebut dinilai akan menambah panjang daftar tracing orang-orang yang telah melakukan kontak langsung dengan pasien positif virus corona, karena adanya kemungkinan pasien tersebut telah melakukan perjalanan ke tempat-tempat lain dan terindikasi melakukan kontak dengan orang lain yang memicu adanya potensi penularan.

Selain itu, tidak adanya data yang valid dari panitia penyelenggara maupun kurangnya kesadaran masyarakat dalam menyikapi indikasi tertular virus corona dapat mempersulit pemerintah daerah maupun tim surveillance untuk men-tracing dan mengontrol penyebaran virus corona di Indonesia.

Hal ini akan memperlambat pergerakan dalam melakukan pendataan serta pemeriksaan terhadap orang-orang yang terindikasi tertular virus tersebut, terutama ketika terdapat orang yang terinfeksi virus corona namun tidak memeriksakan diri ke rumah sakit maupun Dinas Kesehatan setempat untuk di karantina atau diisolasi, sehingga dengan masa inkubasi virus selama 1 s.d. 14 hari sampai dengan munculnya gejala berupa demam, batuk dan flu akan memberikan kesempatan terhadap virus tersebut untuk berkembang dan berpotensi menular antar orang maupun kelompok di mana suspect virus corona tersebut berada.

Di sisi lain, observasi yang dilakukan oleh Dinkes Wonogiri terhadap 67 orang yang membesuk pasien positif virus corona merupakan cerminan dari ketidaksiapan rumah sakit di daerah tersebut dalam menangani kasus penularan virus corona.

Kejadian tersebut dapat berimplikasi negatif terhadap upaya penanganan penularan virus corona oleh pemerintah, dimana dapat memunculkan pertanyaan dari berbagai kalangan masyarakat terkait keseriusan dan kesiapan pemerintah dalam menangani penyebaran wabah virus corona yang telah dinyatakan sebagai wabah pandemi global oleh Organisasi Kesehatan dunia (WHO) dengan jumlah kasus keseluruhan mencapai 381.621 kasus di seluruh dunia, termasuk Indonesia dengan jumlah kasus sebanyak 579 kasus pada 24 Maret 2020.

Selanjutnya, kasus meninggalnya Kolonel Ardi di RS. Dustira Kota Cimahi disinyalir sebagai akibat dari kurangnya pemahaman ataupun belum adanya prosedur terkait penanganan awal pasien dengan gejala penularan virus corona di RS tersebut. Kasus ini dinilai dapat meningkatkan potensi penyebaran virus corona di Kota Cimahi.

Hal tersebut tidak terlepas dari kemungkinan adanya perawat yang positif virus corona dan telah melakukan kontak langsung dengan orang lain baik didalam RS maupun di luar RS yang berpotensi menambah panjang kasus penularan virus corona di daerah tersebut.

Dampak yang Akan Muncul

Upaya penanganan penularan virus corona di setiap daerah di Indonesia yang belum dilaksanakan secara maksimal, komprehensip dan menyeluruh serta kurangnya kepedulian masyarakat terkait bahaya dan adanya upaya dalam menutupi penularan virus corona berpotensi dapat meningkatkan penularan kasus virus corona secara signifikan yang dapat mengantarkan Indonesia menjadi epicentrum untuk wabah tersebut.

Upaya yang Harus Dilakukan

Pemerintah dalam hal ini Satgas Penanggulangan yang dibentik Pemerintah  harus terus berkoordinasi dengan semua pihak terkait baik dalam maupun perwakilan RI di luar negeri untuk memantau perkembangan kasus virus corona di berbagai negara dan juga memonitor perkembangan kasus virus tersebut di dalam negeri, guna menyusun berbagai rekomendasi dan langkah kongkrit sebagai bahan masukan kepada Pemerintah RI dalam mengambil kebijakan.

Saran dan Tindakan yang Dilakukan

Pemerintah RI melalui Satgas Penanggulangan Corona yang terdiri dari Kemenkes, BNPB, TNI/Polri dan pihak-pihak terkait perlu melakukan intervensi terhadap penanganan penularan wabah virus corona di berbagai daerah serta memberikan sanksi tegas terhadap masyarakat yang menyembunyikan atau menutupi adanya penularan virus tersebut, guna memotong laju pertumbuhan serta potensi penularan yang semakin meluas secepat mungkin. rmol news logo article

Penulis adalah Analis Luar Negeri Badan Intelijen Negara (BIN)

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA