Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

94 Cs 72 Benderang Malaysia?

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/hendra-j-kede-5'>HENDRA J. KEDE</a>
OLEH: HENDRA J. KEDE
  • Minggu, 01 Maret 2020, 06:17 WIB
94 Cs 72 Benderang Malaysia?
Anwar Ibrahim dan Mahathir Mohamad/Net
JUDUL di atas tidak dimasudkan sama sekali untuk membantah tulisan Pak Dahlan Islam di DI's Way yang diberi judul 94 vs 72. Judul di atas semata mengikuti perkembangan proses politik kenegaraan di Malaysia untuk mengisi kursi Perdana Menteri beberapa jam terakhir setelah 94 vs 72 dipublikasikan Pak Dahlan Iskan.

Sampai kemaren penulis termasuk yang masih percaya akan terjadi pertarungan antara Tun Mahatir (94) dengan Tun Anwar (72) untuk memperebutkan posisi PM ke 8 Malaysia. Setidaknya sampai 12 (dua belas) jam lalu saat diberitakan Yang Dipertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah (Raja Malaysia) mengumumkan nama Muhyiddin Yassin (Mantan Wakil Perdana Menteri Najib Razak) sebagai Perdana Menteri Malaysia ke 8.

Keputusan yang diambil Raja Malaysia setelah mewawancarai 221 Anggota Parlemen Malaysia dan bertemu dengan semua pimpinan Partai Politik yang punya kursi di Malaysia. Raja Malaysia meyakini Muhyiddin Yassin didukung 114 (baca : mayoritas) daroli 222 Anggota parlemen, termasuk Tun Mahatir.

Sampai tahap ini Tun Mahatir nampak seolah sangat diuntungkan karena Partai Bersatu tempat Tun Mahatir bernaung dan menjadi Ketuanya tetap memimpin pemerintahan Malaysia, anggota koalisi saja yang berubah, dari sebelumnya Pakatan Harapan menjadi dengan konco-konconya UMNO.

Sampai saat itu, saya masih berpikiran Tun Mahatir melakukan akrobat politik agar partainya tetap menguasai kursi PM dengan menendang Pakatan Harapan. Ndak salah amat sangkaan itu karena diberitakan Partai Bersatu solid mendukung Muhyiddin Yassin sebagai PM dengan menggandeng UMNO.

Siapa yang menyangka hanya selang beberapa jam setelah Yang Dipertuan Agong Malaysia menunjuk Muhyiddin Yassin sebagai PM ke 8 dan tinggal menunggu pelantikan, perpolitikan Malaysia dikejutkan dengan pernyataan Tun Mahatir (94) bahwa ia mendapatkan dukungan mayoritas (114) anggota Parlemen Malaysia untuk menjabat PM ke 8. Pakatan Harapan dengan dipimpin Tun Anwar (72) mengalihkan dukungan dari sebelumnya kepada Tun Anwar kepada Tun Mahatir.

Toh sebelumnya PH memang mendukung Tun Mahatir sebagai PM ke 8, namun karena Tun Mahatir masih berharap bisa terbentuk pemerintahan nasional Tun Mahatir menolak, akhirnya, PH mencalonkan Tun Anwar sebagai Calon PM ke 8.

Dukungan kepada Tun Mahatir juga berasal dari 5 (lima) anggota parlemen dari Partai Bersatu yang sebelumnya diklaim mendukung Muhyiddin Yassin. Genaplah 114 suara (di atas 50 persen) mendukung Tun Mahatir sebagai PM ke 8. Nama-nama 114 anggota parlemen tersebut pun dipublikasikan di twiter resmi Tun Mahatir. Tun Anwar pun mengeluarkan pernyataan sama, begitu juga dengan pimpinan koalisi PAkatan Harapan (PH).

Tulisan ini penulis buat bukan karena menariknya dinamika politik negeri tetangga Indonesia tersebut. Namun karena benderangnya apa yang sesungguhnya terjadi dalam dinamika politik Malaysia semenjak Tun Mahatir mundur sebagai PM ke 7 Malaysia bagi penulis. Setidaknya benderang saat ini.

Benderang setelah melihat susunan kabinet Muhyiddin Yassin beredar di Medsos, banyak UMNO disitu, koalisi yang ditumbangkan PH pemilu terakhir dengan isu sentral korupsi. Benderang setelah Tun Mahatir konsisten tidak bersedia bekerjasama mengelola pemerintahan dengan UMNO padahal UMNO awalnya siap mendukung Tun Mahatir menjadi PM ke 8 asal mau meninggalkan Pakatan Harapan. Benderang karena Tun Mahatir melawan menunjukan Muhyiddin Yassin sebagai PM ke 8 padahal Muhyiddin Yassin Presiden Partai Bersatu dimana Tun Mahatir Ketuanya.

Benderang karena Tun Mahatir kembali kerkoalisi dengan Pakatan Harapan untuk menghadang Muhyiddin Yassin menjadi PM ke 8 agar UMNO tidak masuk kedalam pemerintahan. Bendrang karena penulis menyakini nafsu pribadi berkuasa Tun Mahatir kayaknya sudah tidak ada, yang ada hasrat untuk menyelamatkan negeri.

Sebenarnya akan lebih benderang lagi kalau Tun Mahatir benar-benar terpilih kembali sebagai PM ke 8 dan Tun Anwar sebagai Timbalan (Wakil) Perdana Menterinya.

Tidak kalah benderangnya juga sosok Tun Anwar. Tidak bisa penulis melepaskan persepsi Tun Anwar sebagai sosok Negarawan Malaysia karene peristiwa ini. Bagaimana tidak, dari dalam penjara Tun Anwar mendukung orang yang memulai memenjarakannya untuk menjadi Calon PM ke 7 dengan membentuk Pakatan Harapan, koalisi baru, untuk menumbangkan dominasi UMNO yang dipimpin Perdana Menteri Najib Razak karena diduga sebagai rezim korup.

Kok bisa ya.... begitulah penulis berpikir saat itu. Hanya negarawan yang bisa melakukan itu.

Dan kemudian dibuktikan kembali dengan sepenuh kekuatan mendukung Tun Mahatir sebagai Calon PM ke 8 sebelum Raja menunjuk Muhyiddin Yassin sebagai PM ke 8, namun karena Tun Mahatir tidak bersedia baru Tun Anwar mencalonkan diri agar manifesto PH menjelang pemilu lalu tetap bisa dipertahankan.

Dan terakhir kembali secara bulat mendukung Tun Mahatir setelah Tun Mahatir menyerah membentuk pemerintah persatuan nasuonal dan Raja menunjuk Muhyiddin Yassin yang kabinetnya didominasi UMNO.

Tun Mahatir tetap konsisten dengan janji kampanye untuk membersihkan jajaran pemerintahan dari korupsi. Tun Anwar tetap konsisten dengan janji kampanye untuk membersihkan jajaran pemerintahan dari korupsi.

Dua sejoli politisi dengan karakter yang sangat benderang. Sebenderang harapan rakyat Malaysia dalam pemilu terakhir tentang bagaimana dan siapa yang diinginkan memimpin negeri.

94 cs 72, Tun Mahatir cs Tun Anwar, untuk benderang Malaysia lepas dari korupsi?

Kita sama-sama tunggu. rmol news logo article

Penulis adalah Wakil Ketua Komisi Informasi Pusat RI

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA