Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

DUTABESAR AUSTRALIA GARY QUINLAN

Australia adalah Pendukung Terkuat Indonesia

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-5'>TEGUH SANTOSA</a>
OLEH: TEGUH SANTOSA
  • Senin, 10 Februari 2020, 21:07 WIB
Australia adalah Pendukung Terkuat Indonesia
Dubes Quinlan dan Menko Maritim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan/Net
"WARMEST congratulations @jokowi on your re-election as President of Indonesia. Indonesia is one of Australia's most important strategic relationships. We look forward to further deepening ties between Australia and Indonesia across all of our shared interests."
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Begitu dikatakan Perdana Menteri Australia Scott Morrison melalui akun Twitter @ScottMorrisonMP menyambut kemenangan Joko Widodo dalam Pemilihan Presiden 2019.

Seperti banyak negara lain, Australia kelihatannya merasa perlu berhati-hati menyatakan sikap atas hasil pemilihan yang paling menegangkan dalam sejarah Indonesia itu. Perdana Menteri Morrison baru menyampaikan ucapan selamat kepada Jokowi setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan secara resmi hasil pemungutan suara pada dini hari 21 Mei 2019.

Hal yang juga menarik dari pernyataan singkat Perdana Menteri Morrison adalah pengakuan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat penting bagi Australia. Selain, tentu saja ajakan untuk memperkuat kerjasama di berbagai sektor.

Bila yang diukur adalah jarak antara Jakarta dan Canberra, maka Indonesia dan Australia terpisah sejauh 5.300 kilometer. Namun, pada kenyataannya jarak antara Indonesia dan Australia, meminjam istilah dalam cerita silat Wiro Sableng, hanya sepelemparan batu. Australia berada persis di sisi selatan Provinsi Papua, Indonesia, dipisahkan Laut Arafuru.

Hubungan kedua karib ini sangat dinamis. Terkadang manis, terkadang getir. Berkaca dari peristiwa referandum bekas Provinsi Timor Timur (kini Timor Leste) dari Indonesia pada 1999, hingga kini ada semacam kecurigaan di tengah masyarakat Indonesia bahwa Australia juga memberikan dukungan pada kelompok separatis yang ada di Papua.

Kecurigaan ini mencapai puncaknya ketika pada Januari 2006 pemerintah Australia memberikan suaka kepada warga Papua yang melarikan diri ke Australia. Beberapa waktu kemudian, dua dari mereka yang melarikan diri ke Australia itu, Hana Gobay dan Yubel Kareni, kembali ke Indonesia dan mengakui bahwa mereka adalah korban penipuan kelompok separatis.

Di sisi lain, Australia tak bosan memberikan bantuan kepada Indonesia, terutama dalam bidang pendidikan. Begitu banyak anak-anak muda Indonesia mendapat kesempatan belajar di negeri kanguru itu.

Sikap Australia terhadap keutuhan wilayah NKRI adalah salah satu hal yang ditanyakan Republik Merdeka dalam wawancara dengan Dutabesar Australia Gary Francis Quinlan.

Dubes Quinlan adalah salah seorang diplomat senior Australia yang brilian. Ia mulai bertugas di Jakarta pada Februari 2018. Peraih bintang kehormatan Order of Australia yang lahir 9 Februari 1951 juga pernah bertugas di Singapura sebagai High Commissioner pada 2001 sampai 2005, serta menjadi Kepala Perwakilan Tetap Australia di PBB pada 2007.

Alumni University of Newcastle yang bergabung dengan Kementerian Luar Negeri pada 1973 ini juga pernah menjadi presiden Dewan Keamanan PBB di tahun 2013, dan pernah memimpin tim negosiasi Australia dalam sengketa batas wilayah dengan Timor Leste tak lama sebelum ia ditugaskan ke Jakarta.

Persoalan lain yang dibahas dalam wawancara tertulis itu adalah sejarah hubungan baik kedua negara. Dubes Quinlan mengingatkan bahwa Australia adalah salah satu negara yang memberikan dukungan di awal kemerdekaan Indonesia. Belum genap dua bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan, Australia mengirimkan delegasi untuk bertemu Presiden Sukarno. Tiga minggu sebelumnya, buruh pelabuhan di Australia memboikot kapal-kapal Belanda yang berlabuh untuk keperluan mengisi logistik sebelum berangkat ke Indonesia.

Wawancara juga menyinggung perkembangan draft Comprehensive Strategic Partnership (CSP) dan Comprehensive Economy Partnership Agreement (IA-CEPA), juga ketegangan global yang dipicu oleh perang dagang antara dua raksasa dunia, Amerika Serikat dan Republik Rakyat China (RRC).

Berikut kutipannya:

Menurut pandangan Anda apa yang menjadi dasar dari hubungan baik Indonesia dan Australia? Bagaimana peristiwa di masa lalu, setidaknya selama Perang Dunia Kedua dan setelahnya memberikan kontribusi pada hubungan baik tersebut?

Australia adalah pendukung terkuat Indonesia setelah deklarasi kemerdekaan pada Agustus 1945. Tujuh minggu setelah proklamasi, Australia mengirim misi diplomatik untuk bertemu Presiden Sukarno guna membangun dasar pengakuan Republik Indonesia. Kami adalah negara asing pertama yang melakukan kontak. Tiga minggu sebelumnya, boikot oleh pekerja Australia terhadap semua kapal Belanda yang transit di Australia menuju Indonesia telah dimulai, menghasilkan dukungan masyarakat luas di Australia untuk kemerdekaan. Ketika serangan militer pertama terhadap Republik (Indonesia) yang merdeka dilancarkan pada Juli 1947, Australia memprotes Dewan Keamanan PBB yang baru pertama kalinya tindakan semacam itu diambil dalam badan yang baru dibentuk ini.

Dewan Keamanan PBB membentuk Komisi Tiga Negara untuk membantu menyelesaikan konflik. Presiden Sukarno memilih Australia untuk mewakili Indonesia dalam pembicaraan PBB ini, yang akhirnya menghasilkan pengakuan internasional atas kemerdekaan (Indonesia) pada 27 Desember 1949.

Sejarah ini kami paparkan, dan tentu saja fakta bahwa kita adalah tetangga dan berbagi salah satu batas maritim terpanjang di dunia yang berarti kita memiliki kepentingan strategis bersama dalam keamanan dan kemakmuran di lingkungan kita. Kini, kami adalah mitra tepercaya bagi satu sama lain di dunia yang mengalami dinamika yang tak terduga. Kita adalah tetangga, mitra, dan teman, dengan koneksi historis yang dalam dan hubungan kontemporer yang luas antara pemerintah, bisnis, dan masyarakat kita.


Bagaimana Anda menggambarkan hubungan baik kedua negara hari ini? Bagaimana hal itu diperlihatkan dalam pergaulan internasional umumnya?

Tidak ada negara di Asia Tenggara yang lebih penting bagi Australia daripada Indonesia. Hanya segelintir negara yang secara global serupa dengan pentingnya Indonesia bagi kami. Indonesia yang tangguh dan makmur memainkan peran utama dalam membentuk tatanan di kawasan kita yang tengah berkembang.

Nilainya yang strategis, jarak tradisional dari persaingan kekuasaan besar, pengaruhnya di ASEAN dan pengakuan nilai-nilai demokrasinya adalah aset penting dalam panggung utama dari persaingan strategis abad ke-21.

Australia dan Indonesia memiliki Kemitraan Strategis Komprehensif (CSP), yang telah membawa hubungan strategis kami ke tingkat tertinggi yang memungkinkan. Melalui CSP, kita melakukan upaya yang luar biasa, termasuk bekerja bersama untuk membentuk masa depan Indo-Pasifik.

Sebagai anggota G20, satu-satunya dua negara di lingkungan terdekat kita, kita bekerja sama dalam beberapa masalah ekonomi terbesar yang kita hadapi.

Kami adalah pendukung kuat Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional yang baru dan tengah mereformasi WTO untuk mempertahankan sistem perdagangan multilateral. Kita juga melakukan upaya lebih secara bersama-sama dalam penanggulangan terorisme dan saling berkomunikasi untuk memerangi radikalisasi ekstremis dengan lebih efektif.


Bagaimana hubungan kedua negara dilihat dari sisi ekonomi? Apa komoditas yang kita perdagangan, dan pada sektor apa Australia berinvestasi di Indonesia?

Australia dan Indonesia adalah dua ekonomi terbesar di kawasan ini dengan ikatan yang berpotensi menguat ketika bisnis mulai mendapatkan manfaat dari Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia. Pada 2018-2019, hubungan perdagangan bilateral bernilai sekitar Rp 185 triliun.

Ekspor terbesar ke kedua negara adalah layanan jasa. Ekspor Indonesia yang paling berharga ke Australia adalah pariwisata, bernilai lebih dari Rp 38 triliun. Ekspor Australia yang paling signifikan ke Indonesia adalah pendidikan, bernilai lebih dari Rp 9,6 triliun.

Sehubungan dengan perdagangan barang, komoditas energi seperti minyak bumi dan batu bara memang penting, namun Australia utamanya mengekspor komoditas yang menjadi bahan baku bagi sektor manufaktur makanan dan minuman Indonesia, seperti sapi ternak, gandum, gula dan susu bubuk, sementara Indonesia utamanya mengekspor barang-barang manufaktur ke Australia, seperti televisi, alas kaki, furnitur, pakaian dan ban.

Perlu dicatat bahwa statistik perdagangan Indonesia tidak termasuk layanan jasa, sehingga statistik BPS jauh lebih rendah dari data Biro Statistik Australia.

Menurut statistik resmi kami, Australia telah menginvestasikan hampir Rp 58 triliun di Indonesia pada tahun 2018 dan Indonesia telah menginvestasikan lebih dari Rp 11 triliun, meskipun jumlah ini jauh di bawah jumlah aktual. Kita tahu bahwa lebih banyak arus investasi melalui negara ketiga seperti Singapura. Australia telah melakukan investasi yang signifikan pada manufaktur makanan dan minuman Indonesia, jasa keuangan, pertambangan dan jasa terkait pertambangan, dan sektor kesehatan dan teknologi.


Indonesia dan Australia sedang bekerja untuk menyelesaikan Comprehensive Strategic Partnership (CSP) dan Comprehensive Economy Partnership Agreement (IA-CEPA). Bagaimana perkembangan dari kedua proses ini?

Keduanya merupakan perkembangan yang sangat signifikan dalam hubungan Australia-Indonesia. CSP yang disetujui Perdana Menteri Morrison dan Presiden Joko Widodo pada 2018 adalah tentang mengangkat hubungan kami ke tingkat tertinggi bagi keduanya. CSP meningkatkan kerja sama kami di lima bidang luas: peningkatan kemitraan ekonomi dan pembangunan, hubungan antar manusia, mengamankan kepentingan bersama kami dan kawasan, kerja sama maritim, dan upaya bersama untuk menjamin wilayah Indo-Pasifik yang aman. Kami saat ini sedang mengembangkan Rencana Aksi untuk CSP yang akan memandu implementasinya.

IA-CEPA akan mendukung hubungan ekonomi bilateral kita di masa depan, memberikan peningkatan akses bagi bisnis untuk berdagang dan berinvestasi di pasar satu sama lain dan memungkinkan bisnis Australia dan Indonesia untuk bermitra satu sama lain untuk mengekspor ke negara lain. Australia meratifikasi IA-CEPA pada bulan Desember dan perjanjian akan mulai berlaku 60 hari setelah Indonesia menyelesaikan ratifikasinya.

IA-CEPA lebih dari sekadar perjanjian perdagangan, itu juga mencakup program kerja sama ekonomi yang signifikan dan paket pengembangan keterampilan yang akan memungkinkan pertukaran para profesional yang terampil dan meningkatkan peluang bagi anak muda Indonesia untuk melakukan pelatihan di tempat kerja di Australia.


Australia adalah salah satu partner penting yang dimiliki Indonesia dalam menghadapi terorisme global. Hal ini terjadi setidaknya setelah peristiwa pengeboman di Bali tahun 2002. Bagaimana kerjasama kedua negara di bidang itu saat ini?

Indonesia dan Australia adalah mitra terdekat di kawasan ini dalam kontraterorisme dan telah berlangsung setelah pemboman di Bali. Sebagai tetangga dekat, kita memiliki konektivitas antar warga yang lebih besar dari sebelumnya; jutaan orang bepergian bolak-balik antara negara kita setiap tahun. Karena itu kita berdua menghadapi risiko yang sama secara bersama-sama dari dampak kejahatan transnasional dan terorisme.

Itulah sebabnya Indonesia adalah salah satu mitra terdekat Australia untuk kerja sama kontraterorisme dan satuan keamanan kita terus berhubungan untuk bertukar keahlian, informasi dan kemampuan.


Setelah peristiwa pengeboman di Bali itu, juga berbagai peristiwa di banyak negara sampai belakangan ini, bagaimana masyarakat Australia memahami Islam di Indonesia?

Hubungan kita telah berjalan jauh sejak pemboman Bali, 17 tahun yang lalu. Dampak buruk yang ditimbulkannya bagi warga Indonesia dan Australia memacu kerja sama yang luas, terutama pada keamanan dan anti-terorisme, yang telah membuat kita, dan wilayah kita, lebih mampu menghadapi ancaman semacam itu.

Saat ini, ada banyak pekerjaan yang dilakukan untuk membuat warga Australia dan Indonesia saling memahami dengan lebih baik, terutama dalam hal agama. Warga Australia mengembangkan pemahaman yang lebih bernuansa tentang Islam di Indonesia, dan warga Indonesia juga mengembangkan pemahaman yang lebih bernuansa tentang Australia sebagai masyarakat multi-budaya yang beragam.

Pemerintah mendukung ini melalui program-program seperti Australia Awards (program beasiswa unggulan kami) dan New Colombo Plan (yang membawa pemuda Australia ke Indonesia untuk belajar dan magang), program BRIDGE, yang menghubungkan sekolah-sekolah Australia dan Indonesia, Program Pertukaran Muslim kami dan Program Pertukaran Pemuda Australia-Indonesia.

Tentu saja, ada agama lain di Indonesia selain Islam. Jadi kita telah mulai mengadakan dialog antar-agama yang memfasilitasi keterlibatan antara tokoh agama kita dari berbagai agama dan membantu membangun pemahaman di antara komunitas mereka.


Terkadang masalah Papua menjadi persoalan tersendiri antara Indonesia dan Papua. Bagaimana sebenarnya Australia memandang hal ini?

Kedaulatan dan integritas wilayah Indonesia, termasuk yang berkenaan dengan provinsi Papua, adalah pilar penting dari hubungan bilateral kita dan, lebih dari itu, kedaulatan dan integritas wilayah Indonesia merupakan hal mendasar bagi stabilitas kawasan.

Perjanjian Lombok tahun 2006 dengan jelas menyatakan dukungan kami untuk kedaulatan Indonesia dan kami bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia di Papua untuk membantu memenuhi kebutuhan pembangunan masyarakat di sana.


Bagaimana Anda melihat situasi yang berkembang di kawasan Asia-Pasifik. Apa yang harus kita lakukan untuk merawat perdamaian dan stabilitas kawasan?

Kita semua sadar bahwa wilayah kita sedang mengalami periode perubahan, dan bahwa kita menghadapi ketidakpastian tentang hasil apa yang akan dihasilkan. Menjaga perdamaian dan stabilitas dalam konteks ini adalah prioritas bagi Indonesia dan Australia, dan banyak lainnya di Indo-Pasifik, dan kita secara aktif bekerja bersama dalam hal ini.

Australia dan Indonesia telah bekerja sama secara erat untuk mengembangkan visi untuk wilayah yang kita inginkan dan untuk melindungi bagian-bagian yang kita hargai. Kita bekerja bersama dalam kelompok trilateral atau minilateral karena sering kali kita dapat memiliki pengaruh yang lebih kuat dengan bekerja sama dengan negara-negara yang berpikiran sama.

Dan tentu saja itu berarti bekerja bersama dengan ASEAN dan organisasi-organisasi utama lainnya untuk membangun konsensus tentang isu-isu penting. Karena itulah, misalnya, kami mendukung Outlook ASEAN di Indo-Pasifik, dan kami ingin bekerja sama dengan Indonesia dan negara-negara lain di kawasan untuk mengimplementasikannya.


Bagaimana Anda melihat ketegangan global yang dipicu perdang dagangan antara Republik Rakyat China dan Amerika Serikat? Apa yang harus masyarakat dunia lakukan untuk menjaga balance of power?

Untuk Australia dan Indonesia, China adalah mitra dagang terbesar kita sehingga tentu saja kita memiliki kepentingan bersama dalam pengembangan ekonomi China yang sedang berlangsung. Australia, seperti Indonesia, terus mendorong Amerika Serikat dan China untuk bekerja bersama secara konstruktif untuk menyelesaikan perbedaan. Kita menyambut kesepakatan perdagangan Fase Pertama antara kedua negara, kepastian yang lebih besar hanya dapat membantu mengangkat kepercayaan ekonomi global.

Penting juga bahwa negara-negara seperti Indonesia dan Australia mendiskusikan masalah-masalah ini di tingkat regional sehingga kita memiliki pemahaman yang sama tentang berbagai masalah dan dapat membangun pendekatan konstruktif untuk mengelolanya. Kedua negara kita juga di antara pendukung WTO terkuat, yang kita pandang sebagai hal mendasar bagi sistem perdagangan dunia dan kita berdua bekerja sama secara erat dalam reformasi untuk memperkuat pentingnya WTO.


Bagaimana Anda melihat kabinet baru di Indonesia? Apa yang Anda harapkan dari kabinet ini dalam rangka membangun pemahaman kerjasama yang lebih baik?

Presiden Widodo telah menguraikan agenda reformasi ekonomi yang ambisius untuk masa jabatan kedua, yang menjadi tanggung jawab Kabinetnya. Dalam tiga bulan sejak Kabinet baru dibentuk, para Menteri Luar Negeri, Pertahanan, Perdagangan, Keuangan dan Dalam Negeri telah bertemu dengan mitra Australia mereka.

Saya juga telah menerima sejumlah telepon perkenalan dengan anggota-anggota Kabinet yang baru, memberikan pengarahan kepada mereka tentang kerja sama bilateral dan regional kita dan membahas cara-cara baru untuk mengintensifkan kerja sama kita. Ini adalah saat yang menyenangkan dalam hubungan antara kedua negara kita dan kami akan bekerja sangat erat dengan Presiden Widodo dan tim Kabinetnya untuk lebih menyukseskannya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA