anak bangsa yang kehilangan induknya
tak berdaya saat terancam dimangsa serigala
gemetar ketika dikepung mahluk asing
Dzikria adalah kita
petani yang menangis dan gigit jari
justru ketika panen yang dinanti datang
bersamaan dengan hasil panen di negeri asing
yang dibawa kapal-kapal sewaan para importir
Dzikria adalah anak bangsa
yang bingung harus nanggung hutang menggunung
tapi hidup tanpa kebudayaan, tanpa pendidikan
maka tak ada yang bisa diucapkan lidahnya yang kelu
kecuali kata-kata: “kodok betina, anjing kurap,
babi ngepet, sontoloyo, cebong pembohong…!
Karena itu, dulu Dzikria tak pernah bersuara
ada parlemen, jurubicara hati Dzikria
ada pers, corong kegelisahan hati Dzikria
ada mahasiswa, penggerak moral Dzikria
ada ulama, pendorong iman Dzikria
ada tentara dan polisi, penjaga keamanan Dzikria
ada hukum yang menjaga rasa keadilan Dzikria
Tapi sejak parlemen mati, pers mati,
mahasiswa mati, ulama mati, tentara dan polisi mati,
jaksa dan hakim juga mati,
Dzikria hidup sebatang kara
sedangkan di hadapannya berdiri para pembesar negara
yang jumawa dan haus puja-puji laksana dewa
Maka ketika dari mulut Dzikria keluar kata-kata itu
“kodok betina, anjing kurap, babi ngepet, sontoloyo,
cebong pembohong…!
para pembesar negara yang laksana dewa
merasa terhina dan murka
Dzikria merana di bawah menara keangkuhan penguasa
"O, langit yang terpancang tanpa tiang
hidupkan kembali parlemen, mahasiswa, pers,
tentara, polisi, hakim, jaksa, dan ulama,
agar Dzikria tak perlu lagi bersuara…!"
BERITA TERKAIT: