Selamat Idul Fitri
Selamat Idul Fitri Mobile
Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Menyermati Jilbab

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/jaya-suprana-5'>JAYA SUPRANA</a>
OLEH: JAYA SUPRANA
  • Sabtu, 28 Desember 2019, 06:43 WIB
Menyermati Jilbab
Iustasi/Net
BEBERAPA (tidak semua) teman di Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Inggris, Polandia, Australia menderita Islamofobia akibat terpengaruh pemberitaan pers Barat. Akibat ada (meski tidak semua) teroris mengenakan jilbab maka para penderita Islamofobia meyakini jilbab sebagai seragam teroris.

Nasrani

Syukur alhamdullilah, Wahid Foundation memviralkan penyadaran-publik oleh tokoh cendekiawan Islam, Sumanto Al Qurtuby bahwa jilbab bukan monopoli perempuan Islam.

Fakta bahwa kaum perempuan Yahudi mengenakan tutup kepala mirip jilbab membenarkan Sumanto Al Qurtuby. Bahkan di Jerusalem, saya berjumpa para perempuan Arab mengenakan jilbab padahal mereka Nasrani.

Di Vatikan, saya berjumpa para biarawati Nasrani dari berbagai ordo yang semuanya mengenakan kerudung mirip jilbab seperti yang di atas ditampilkan sebagai ilustrasi naskah yang sedang anda baca ini.

Gambar dan patung ibunda Jesus Kristus, Bunda Maria senantiasa anggun ditampilkan mengenakan kerudung mirip jilbab. Demikian pula Maria Magdalena, Naomi, Debora, Hana, Abigail dan lain-lain tokoh perempuan di dalam Alkitab.

Pada setiap hari minggu, gereja-gereja di Spanyol dan Portugal dipadati para perempuan mengenakan kerudung.

Ibu Teresa

Patung Ibu Teresa di gerbang masuk bandara internasional Tirana, Albania menyadarkan saya bahwa tokoh biarawati Katolik pejuang kemanusiaan penerima anugrah Nobel yang sangat saya hormati itu ternyata memakai penutup bagian kepala mirip jilbab.

Sementara ada teroris berkerudung membinasakan sesama manusia, Ibu Teresa beserta para pengikutnya yang juga berkerudung berjuang meringankan derita sesama manusia yang miskin dan sakit.

Memaksakan cadar sebagai identitas kaum teroris juga tidak relevan sebab para perawat perempuan bahkan juga para dokter perempuan maupun lelaki di ruang bedah rumah sakit justru diwajibkan secara profesional menggunakan penutup bagian mulut demi menjaga sterilitas ruang operasi.

Bahkan demi mencegah penularan selesma, masyarakat milienal yang sadar kesehatan menggunakan cadar untuk menutupi bagian mulut dan hidung.

Para polisi juga menggunakan masker penutup wajah agar tidak tersengat gas air mata yang mereka semprotkan ke arah para demonstran.

Ada pula helm yang total paripurna menutupi seluiruh bagian kepala pengendara sepeda motor.

Bhinneka Tunggal Ika

Setelah lebih seksama menyermati jilbab secara kelirumologis, mohon dimaafkan apabila saya memberanikan diri menarik kesimpulan bahwa sebenarnya jilbab tidak perlu dibenci apalagi dilarang. Di sisi lain jilbab juga tidak layak diberhalakan apalagi dipaksakan untuk dikenakan semua perempuan.

Pada hakikatnya adalah hak asasi setiap insan manusia untuk mengenakan busana termasuk penutup kepala sesuai selera dan keimanan diri masing-masing.

Pada hakikatnya, jilbab justru merupakan bagian hakiki keanekaragaman kebudayaan masyarakat Indonesia dalam menempuh perjalanan hidup bergotong-royong membangun nusa dan bangsa demi meraih cita-cita masyarakat adil dan makmur yang hidup bersama di negeri gemar ripah loh jinawi, tata tenteram kerta raharja dengan bekal makna adiluhur yang terkandung di dalam ajaran Empu Tantular tentang Bhinneka Tunggal Ika. Merdeka! rmol news logo article

Penulis adalah pembelajar kebudayaan dan peradaban dunia.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA