Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Esensi Maulid Bukan Sekedar Shalawat

Rabu, 13 November 2019, 15:19 WIB
Esensi Maulid Bukan Sekedar Shalawat
Peringatan Maulid Nabi di salah satu daerah di Indonesia/Net
MEMPERINGATI hari kelahiran Nabi Muhammad SAW di beberapa negara menjadi sebuah keharusan yang rutin diselenggarakan pada 12 Rabiul Awal setiap tahunnya. Walaupun di beberapa tempat atau negara islam perayaan maulid nabi dianggap sebuah kreasi baru yang tidak begitu penting untuk dilestarikan.

Di Indonesia, banyak tradisi yang berkembang dan tercipta dari hasil akulturasi maulid Nabi dimana budaya maulid yang berasal dari Timur Tengah dikawinkan menjadi budaya lokal oleh pemuka tokoh adat dan ulama.

Disamping kebiasaan melantunkan shalawatan masih ada beberapa tradisi yang terkait dengan maulid seperti Tradisi Male, menghias telur di masyarakat muslim Bali. Tradisi Meuripee di Aceh, memasak kuah kari bersama. Tradisi grebek maulid berdesakan berusaha mengambil gunungan yang dikeluarkan Keraton di halaman Masjid Besar Kauman, Yogyakarta.

Adalagi tradisi menyebar uang koin, sebar udikan yang diwariskan dari nenek moyang di Madiun. Tradisi mengarak ratusan paket makanan menggunakan lebih dari 50 unit perahu di Maros, Sulawesi Selatan. Dan masih banyak tradisi lainnya.

Maulid dalam Penjelasan Ibnu Kastsir berawal diperkenalkan oleh Penguasa Syiah Ismailiyah pada zaman Dinasti Fatimiyah (909-1171) di Mesir. untuk membangun opini publik tentang hubungan genealogi langsung mereka kepada Nabi Muhammad saw. Maka Maulid diciptakan sebagai media Propaganda untuk memperkuat legitimasi kekuasaan dengan menegaskan bahwa keturunan Nabi adalah pemegang otoritas sah untuk memimpin umat Islam.

Sejalan dengan hadis riwayat Imam Hakim dari Ali bin Abi Thalib bahwa Nabi berkata "seyogyanya pemimpin dari Quraish, sebaik-baik Quraish pemimpin yang baik, sejahat-jahat quraish peminpin yang jahat".

Dan beberapa hadis pendukung lainnya seperti hadis Imam Bukhori dari Mu’awiyah "sesungguhnya urusan ini (pemerintahan) ada di tangan Quraish" atau hadis Imam Tirmizi dan Nasa’i "Quraish adalah pemimpin umat dalam keadaan baik dan buruk sampai hari qiyamat. Padahal hadis-hadis demikian merupakan pengakuan Nabi pada kekuatan pengaruh dan prestise politik suku Quraish dalam mempertahankan kemaslahatan umat dan suku yang paling berani dalam memberikan perlindungan dari ancaman bangsa lain di saat penaklukan dan invasi antar suku sering terjadi pada waktu itu.

Berjalannya waktu di tengah-tengah kesibukan manusia bahwa maulid Nabi dihubungkan sebagai media pendalaman agama yang menggembirakan untuk lebih mengenal sejarah hidup Rasul saw dan sebagai wujud kecintaan yang tinggi kepada-Nya "tidak beriman salah seorang dari kalian sampai Aku lebih dicintainya daripada anaknya, orang tuanya dan manusia lainnya" diperkuat lagi dalam QS: 10.58 "Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira".

Dalam kitab Addar alMantsur Imam Suyuthi adapun yang dimaksud "Karunia Allah" (Fadlullah) adalah "ilmu" dan "Rahmat Allah" adalah "Nabi Muhammad", pemaknaan ini dikuatkan dalam QS: 21.107 "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) 'rahmat' bagi semesta alam".

Hal yang menggembirakan lainnya dari maulid Nabi adalah orientasi kegembiraan bahwa Rasul telah memberikan kita panduan hidup dalam bingkai petunjuk Allah dengan nilai-nilai peradaban budaya luhur yang mengedapnkan supremasi hukum dengan meninggalkan subordinasi kemanusian, bebas dari kekerasan, dan kesesatan budaya masyarakat primitif. Sebuah Peradaban yang telah merubah keganasan masyarakat dunia menuju peradaban Ar-Rahman dan Ar-Rahim penuh dengan kasih sayang antar sesama. Sebagaimana keterangan Ibn Qoyim al-Jauziyah "Syariat itu bangunan dan dasarnya adalah hukum dan maslahat untuk manusia sejak dilahirkan sampai kematian".

Syariat Islam secara komprehensif harus menjadi motivasi prilaku masyarakat di Indonesia dalam mencapai kemajuan bangsa dan negara. Agama memerintahkan manusia untuk terus belajar dan mengejar ilmu pengetahuan sebagai pembeda keberhasilan sesama manusia. Kebutuhan membaca menjadi hal prioritas risalah QS: 96.1 "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan". Sehingga Rasul memintak kepada tawanan perang badar bila ingin bebas dari tawanan perang agar mereka mengajarkan baca dan tulis kepada sepuluh kaum muslimin.

Seharusnya esensi perayaan maulid menekankan kepada aktifitas baca menjadi budaya literasi yang harus dikembangkan mengikuti kebiasaan pada suatu tempat atau komunitas. Bahkan aktifitas membaca harus menjadi kebutuhan setiap individu bagi masyarakat Indonesia sebagaimana di Finlandia.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan PBB (UNESCO) yang dirangkum dalam laporannya tahun 2016, negara Finlandia menduduki peringkat pertama dunia dengan tingkat literasi paling tinggi. Sedangkan Indonesia hanya peringkat 60 dari 61 negara yang disurvei. Di negara-negara maju siswa-siswa di sekolah menengah umumnya diberikan target buku yang harus dibaca sebagai salah satu syarat utama untuk bisa menamatkan studinya. misalnya Amerika Serikat memberikan 32 judul buku sebagai bahan bacaan wajib, Jepang 22 buku, dan Singapura sebanyak 6 judul buku.

Perintah baca dari Allah dilanjutkan dengan wahyu berikutnya agar Nabi Muhammad segera menghilangkan rasa malas-malasan, rasa takut dan pesimis agar bersegera bangkit untuk mengajak manusia merubah pola hidupnya. "Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu beri peringatan!, Dan Tuhanmu, agungkanlah!, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa, tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi berharap memperoleh balasan yang lebih banyak, Dan untuk Tuhanmu bersabarlah. QS: 74.1-7.

Panggilan wahyu tersebut merupakan esensi maulid Rasul saw. Dimana Nabi langsung mengimplementasikannya dengan kerja keras dan strategi one by one selama tiga tahun. Merubah paham kepercayan politeisme kepada monotheisme, merubah lingkungan yang kotor menjadi bersih, meninggalkan prilaku yang tidak terpuji dan sia-sia, dan meningkatkan rasa sosial yang tinggi tanpa pamrih. Sehingga perubahan masyarakat kecil yang baru tumbuh ini mendapat perhatian luas seantero arab.

Esesnsi dari maulid Nabi di atas luput dari perhatian yang semestinya menjadi perhatian kita bersama. Slogan-slogan suka membaca, etos bekerja keras, mencintai lingkungan yang bersih, meninggalkan hal yang merusak diri seperti minuman keras dan narkoba dan respon cepat dalam memberikan problem solving terhadap permasalahan sosial seperti kemiskinan, intoleransi dan radikalisme semestinya dimunculkan dalam kegiatan perayaan maulid dan menjadi materi pembumian maulid itu sendiri. rmol news logo article

Zulkarnain Nasution
Alumni Universitas al-Azhar University Kairo Mesir.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA