Jangan karena merajuk
Kau ubah kata kita menjadi kami
Seolah segala jasa kau sematkan pada dirimu
Dan tiada dosa dalam hidupmu
Karena Ibu pasti tahu,
Kesempurnaan hanya milik Yang Kuasa
Ibu,
Tidak usah kau menepuk dada
Seolah kerjamu paling mulia
Sebab jika rakyat merasakan kerjamu
Mereka tiada akan mengganggumu
Ibu pasti mendengar,
Suara rakyat itu nyata
Makin kencang terdengarnya
Ibu,
Tidak perlu kau tebar angka-angka
Hanya untuk menutupi kekuranganmu
Karena untuk segala yang kau bangun
Ada warisan utang untuk anak cucu
Tidakkah ibu takut,
Di alam kubur nanti
Bukan doa yang dikirim
Tapi jerit tangis generasi nanti
Dan Bu,
Kau banggakan kerja siang dan malam
Sementara rakyat sulit keluar dari awan kelam
Ketimbang berbangga, lebih baik kau bertanya
Kerjamu siang malam untuk siapa?
Untuk rakyat atau penguasa?
Aku tahu Bu,
Kau salah satu bakat terbaik di republik
Tapi semuanya pupus
Manakala kau takut dengan kritik
Ibu Yang Kita Cinta,
Negara ini milik kita semua
Tak usah kau menyebut “kamiâ€
hanya untuk meninggikan diri
Rakyat itu bukan angka-angka
Sehingga kau lupakan nasib yang banyak
demi tampilkan prestasi segelintir
Kerja bangsa bukan kerja kau semata
Tetapi peluh keringat rakyat
Yang setiap detik bertaruh untuk hidupnya
Bersabarlah Ibu,
Ini bukan tentang apa yang kau lakukan
Tetapi tentang apa yang dirasakan rakyat.
Jakarta, 4 Februari 2019.
[***]