Begitu kata calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto saat memberi sambutan di acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Pondok Pesantren Minhajurasidin Lubang Buaya Pondok Gede, Kamis (11/10).
Prabowo mengakui bahwa dirinya dulu merupakan bagian dari kalangan elite yang sempat percaya bahwa neoliberalisme akan mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Namun belakangan dia sadar mimpi itu tidak akan pernah terwujud.
"Kalau saya sebut elite, saya tidak sebut partai mana, kelompok mana, saya dulu di orde baru, saya dulu percaya neoliberal. Biar saya yang kaya dulu, nanti menetes ke bawah. Ternyata yang kaya makin kaya, enggak
trickle-trickle,†sesalnya.
Bukan hanya dirinya yang sadar akan hal itu, katanya Amerika Serikat, yang selama ini dikenal sebagai negara neoliberal juga sadar bahwa paham itu jahat.
"(Buktinya) Amerika Serikat merasa kalah bersaing dengan Tiongkok, mereka menyatakan perang dagang, tidak ada
free trade (perdagangan bebas)," jelasnya.
Ditegaskannya jika Indonesia ingin menjadi bangsa yang besar, maka ekonomi Indonesia haruslah dijalankan sesuai dengan amanah Pasal 33 UUD 45. Sebab, sebuah bangsa akan menjadi besar jika mereka mempertahankan kepentingan nasional masing-masing.
Makanya, ketua umum Partai Gerindra ini heran dengan sikap elite bangsa ini yang masih saja percaya dengan paham neoliberalisme tersebut.
"Mengapa pemimpin Indonesia tak ada yang berani mengatakan yang penting adalah pekerjaan bagi rakyat Indonesia," tekannya.
"Kenapa, kok bangsa ini tidak berani mengatakan, bagi bangsa Indonesia,
Indonesia first, make Indonesia great again,†pungkasnya.
[ian]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: