Kesengsaraan Sudan Selatan

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/jaya-suprana-5'>JAYA SUPRANA</a>
OLEH: JAYA SUPRANA
  • Sabtu, 29 September 2018, 06:14 WIB
Kesengsaraan Sudan Selatan
Sudan Selatan/Net
"RAKYAT menderita dalam skala dan dimensi yang tak terbayangkan. Proses perdamaian sejauh ini tidah menghasilkan apa-apa. Penghentian permusuhan adalah sebuah fiksi. Ekonomi telah runtuh. Pihak yang bertikai pada perang saudara menggunakan taktik bumi hangus, pembunuhan dan perkosaan sebagai senjata perang. Semua ini adalah pelanggaran hukum internasional. Tujuh juta orang perlu bantuan kemanusiaan pada tahun 2018. Dan segala sesuatu hanya menjadi lebih buruk" demikian pernyataan sub sekretaris jenderal bidang kemanusiaan PBB Mark Lowcock di ibukota Sudan Selatan, Juba kepada kantor berita Al Jazeera.

Mengerikan


Lima tahun perang saudara di Sudan Selatan menyengsarakan tujuh juta orang - lebih dari setengah dari populasi Sudan Selatan-dan mereka sangat membutuhkan bantuan untuk bertahan hidup. Provinsi Sungai Yei semula merupakan lumbung pertanian Sudan Selatan. Hampir semua yang tinggal di sana hidup sebagai petani. Tetapi pertempuran di Juba pada tahun 2016 telah secara bertahap menyebar ke daerah khatulistiwa di mana daerah Sungai Yei  terletak, menggusur masyarakat sipil dan membuatnya sulit bagi mereka untuk mengakses lahan pertanian mereka. Lebih dari 4 juta manusia terpaksa meninggalkan kampung halaman sejak Perang Saudara meletus pada Desember 2013. Lebih dari dua juta warga Sudan Selatan terpaksa mengungsi ke negara-negara tetangga sementara yang masih di dalam negeri hanya bisa bertahan hidup berdasar bantuan PBB.

Ratapan


Sejak pertumpahan darah dimulai lima tahun yang lalu. nyaris 400.000 rakyat Sudan Selatan telah jatuh sebagai korban nyawa. Bahkan setidaknya 100 relawan kemanusiaan telah tewas di tengah kemelut Perang Saudara Sudan Selatan. Ada juga kekhawatiran tentang dana. Sebenarnya PBB membutuhkan $1.7 miliar untuk mengatasi tragedi kemanusiaan di Sudan Selatan, tetapi hanya 21 persen dari jumlah itu telah disetujui.

"Sudan Selatan merupakan satu di antara tempat terburuk untuk menjadi seorang relawan kemanusiaan. Apa yang kita butuhkan adalah mengakhiri kekerasan terhadap pekerja bantuan dan akses tak terkekang dan tanpa hambatan untuk menolong para korban" demikian sub sekretaris jenderal kemanusiaan PBB, Mark Lowcock meratapi kesengsaraan Sudan Selatan masa kini. [***]

Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan

< SEBELUMNYA

Hikmah Heboh Fufufafa

BERIKUTNYA >

Dirgahayu Indonesia

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA