Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Bank BJB Siap Berkolaborasi dengan Fintech

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Rabu, 21 Maret 2018, 12:17 WIB
Bank BJB Siap Berkolaborasi dengan Fintech
rmol news logo - Gelombang kelahiran usaha rintisan (start up) berupa financial  technology (fintech) diperkirakan  tidak akan mengancam industri perbankan tanah air, justru sebaliknya, keduanya  bisa bersinergi untuk meningkatkan kualitas layanan keuangan kepada masyarakat.
  Direktur Utama bank BJB Ahmad Irfan mengatakan perbankan harus  terus melakukan pemutakhiran teknologi agar bisa bisa bersinergi dan  berkolaborasi dengan meningkatnya start  up di bidang fintech.

Menurut Ahmad Irfan, dalam  kurun waktu dua tahun terakhir, fintech telah  mampu meraup transaksi hingga mencapai Rp3 triliun. Ahmad Irfan memprediksi pada  tahun 2020 mendatang industri fintech ini  akan mampu menghasilkan transaksi hingga Rp7 triliun. 

"Artinya, jika  perbankan tidak bergerak cepat maka akan tertinggal dari sisi payment. Perbankan akan  ketinggalan jika tidak melakukan pemutakhiran teknologi. Adaptasi teknologi  tidak dapat ditawar. Tapi jangan takut karena fintech bukan musuh perbankan," ujarnya,  dalam keterangan resmi (16/3). 

Pernyataan Ahmad bukan  tanpa alasan. Pasalnya, fintech tidak  dapat berdiri sendiri tanpa dukungan dari perbankan. Artinya, fintech tidak hadir  sebagai pesaing dari perbankan atau lembaga keuangan lain. Keduanya dapat  saling bersinergi dengan membentuk kolaborasi nyata. 

Bukti tersebut dicatat  oleh Asosiasi Financial Technology Indonesia yang menyatakan bahwa sebanyak  63,9% pelaku usaha fintech telah  terkoneksi dengan bank melalui Application Programming Interface. Dengan  begitu, fintech hadir  sebagai peluang kolaborasi bagi bank dan bukan merupakan ancaman.

"Ritel bank akan  tetap tumbuh. Justru akan menjalin simbiosis mutualisme atau kolaborasi  bersama fintech.  Maka tidak akan saling mematikan karena sifatnya dapat bersinergi dengan  pelayanan bank," ujar Ekonom Universitas Pasundan, Acuviarta Kurtabi.

Sinergitas tersebut  terbentuk lantaran kedua sektor memiliki kekurangan dan kelebihan  masing-masing. Perbankan memiliki kelebihan dalam lisensi memindahkan dana dari  satu rekening ke rekening lain. Kelebihan tersebut tidak dimiliki oleh fintech

Selain itu, bank memiliki  keunggulan komparatif pada data, basis klien, navigasi peraturan, penanganan  manajemen risiko, perizinan industri, dan reputasi. Sementara fintech kerap  tersandung terkait masalah kepercayaan karena tidak memiliki manajemen risiko  yang baik. 
  Namun, fintech memiliki  efisiensi dan efektivitas karena karakternya identik dengan perangkat mobile. Walau pengembangan  terkait teknologi digital juga rajin dibenahi perbankan. 

"Fintech merupakan  bagian dari efisiensi dan percepatan pelayanan. Namun, transaksi bersifat  konvensional masih tetap dibutuhkan. Apalagi fintech tidak selamanya bebas dari  eror," ujar Acuviarta.

Para pelaku usaha keuangan dapat memiliki kesempatan yang sama  dalam mengembangkan ekosistem ekonomi nasional. Tentu hal tersebut perlu  ditunjang oleh peran dua regulator yakni Otoritas Jasa Keuangan dan Bank  Indonesia dengan kebijakan yang mendengarkan suara industri.




Akan tetapi, perbedaan peran antara kedua sektor bukan berarti  membuat perbankan dapat duduk nyaman dan enggan melakukan pemutakhiran  teknologi. Apalagi, bank pembangunan daerah, termasuk bank BJB, memiliki keunikan yang terletak pada dukungan kuat pemerintah  sehingga kadang membuatnya berada pada zona nyaman.
  bank BJB dapat dijadikan  contoh. Walau telah nyaman karena memiliki begitu banyak nasabah kredit  konsumer, tapi bank BJB tetap  melakukan inovasi dan adaptasi guna menjawab tantangan di era ekonomi  digital. 
  Melalui produk BJB digi, bank BJB terus berupaya memberikan kemudahan layanan berbasis teknologi  digital. Tujuannya agar dapat menjawab perubahan zaman dan memenuhi kebutuhan  pasar. Konsep transaksional berbasis digital  banking telah hadir sebagai bagian integral dari layanan bank BJB. 

Layanan yang diberikan dapat terintegrasi dengan ponsel pintar  berbasis sistem operasi Android, Blackberry, dan iOS. Sehingga seluruh bentuk  transaksi dapat dilakukan dengan satu genggaman. Ditunjang dengan keamanan  transaksi yang paripurna serta layanan tanpa henti selama 24 jam.
  Terkait kredit konvensional, bank BJB telah menyiapkan fondasi berbasis daring. Tentu tetap  mengedepankan lima prinsip utama dalam penyaluran kredit yang mengedepankan  kehati-hatian yakni karakter, kapasitas, kapital, kolateral dan kondisi.

"Fintech bukan merupakan  produk baru, tapi sebuah infrastruktur. Fintech hanya  (berperan) mempermudah transaksi. Kami akan mempersiapkan infrastruktur di 15  tahun ke depan, tapi fintech hanyalah  salah satunya," ujar Senior Vice President Divisi Corporate Secretary bank BJB, Hakim Putratama. [***]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA