“Saudara-saudara sebangsa setanah air yang saya cintai,†ujarnya.
â€Yaaaiyeee,†orang-orang serempak menyambut pidato pembuka pejabat gubenur sambil bertepuk tangan meriah.
Merasa mendapat dukungan, sang pejabat semakin membara semangatnya.
“Hari ini dengan sepenuh hati akan saya perjuangkan kemakmuran untuk Saudara-saudara.â€
“Yaaaiyeee!!!†yel-yel makin bergemuruh.
“Perumahan yang lebih baik!†pejabat itu terus berpidato berkobar-kobar.
“Yaaaiyeee!!!†sambut warga tak mau kalah.
“Makanan yang lebih lezat dan bergizi!†pidato sang pejabat makin berapi-api.
“Yaaaiyee!!!â€
“Pendidikan!â€
“Yaaaiyeee!!!â€
“Kesehatan!â€
“Yaaaiyeee!!!"
“Kehidupan yang lebih bermartabat!â€
“Yaaaiyeee!!!â€
Sungguh kampanye yang sangat gegap-gempita dan sukses, kata pejabat dalam hati dengan penuh rasa bangga dan haru.
Seusai sidak dan melakukan kampanye terselubung, pejabat itu bermaksud blusukan ke perkampungan ditemani salah seorang pemuda setempat. Ternyata banyak warga memelihara kucing sebagai hewan kesayangan.
“Kok banyak sekali kucing ya?†tanyanya keheranan kepada pemuda yang menemaninya berkeliling kampung.
“Dari zaman dulu sebelum kemerdekaan, sudah banyak yang pelihara kucing, Pak. Ini kebiasaan turun temurun,†sahut pemuda.
Sedang asyik bercakap sambil menyusuri jalanan kampung, tiba-tiba pejabat merasa ada sesuatu yang lengket di sepatunya. Dia pun melihat ke bawah dan tercium bau khas, ternyata tai kucing.
Sang pemuda dengan polos berkata, "Maaf Pak, namanya juga kucing, suka buang yaaiyee sembarangan.â€
Si pejabat terkejut mendengarkan jawaban itu.Dia tunjuk tai kucing di sepatunya, lalu bertanya, “Kalau di sini, ini apa namanya tadi?â€
“Yaaaiyeee...†jawab pemuda itu kalem.