Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Impact Ramadhan

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/muhammad-sulton-fatoni-5'>MUHAMMAD SULTON FATONI</a>
OLEH: MUHAMMAD SULTON FATONI
  • Jumat, 10 Juni 2016, 10:30 WIB
<i>Impact Ramadhan</i>
MENJELANG buka puasa Ramadhan, banyak ditemukan tepi ruas jalan tiba-tiba menjadi area jualan makanan, dari makanan ringan hingga nasi lengkap dengan lauk pauknya.

Begitu juga sering kita temukan orang-orang membagikan makanan ringan di ruas-ruas jalan untuk berbuka puasa. Allah Swt memang merahasiakan pahala seseorang yang berpuasa Ramadhan. Namun meskipun dirahasiakan tak terpungkiri bahwa impact Ramadhan sangat mudah dirasakan, tidak oleh umat Islam namun juga non muslim.
 
Kegembiraan umat Islam di bulan Ramadhan itu berkaitan dengan kemuliaan Ramadhan yang berimpact kepada umat Islam, baik di dunia maupun di akhirat. Nabi Muhammad saw menegaskan bahwa seseorang yang gembira menyambut Ramadhan itu indikasi tertutupnya semua pintu neraka baginya.
Lalu apa impactnya bagi manusia di dunia? Beberapa impact Ramadhan bisa saya kemukakan di sini.

Pertama, bulan Ramadhan mampu mempererat tali persaudaraan. Jika sebelumnya antarsaudara telah akrab maka saat Ramadhan semakin akrab. Jika sebelumnya antarsaudara berseteru maka saat Ramadhan terkoreksi menjadi lebih baik. Dorongan Rasulullah saw agar antarsaudara saling perduli dan berbagi di Ramadhan (qadha hajata akhi) inilah yang memberikan impact positif.
 
Kedua, di bulan Ramadhan ini terasa atmosfer yang tenang dan sejuk. Suasana keluarga lebih harmonis. Kondisi lingkungan lebih tenteram. Aktifitas kantor lebih berjalan tenang. Begitu juga suhu politik negara yang lebih kondusif. Umat umat Islam didorong untuk berlatih kesabaran (as-shabru nishful iman). Ramadhan telah memberikan atmosfer yang cukup menjanjikan bagi perubahan tata kehidupan masyarakat yang lebih baik. Syaikh Abdurrahman as-Shafuri telah mengatakan bahwa Ramadhan memang punya kekuatan menjadikan kondisi manusia yang aman dan tenteram (aman liummati Muhammad).   
  
Ketiga, di bulan Ramadhan ini pun kedustaan dan gosip yang sebelumnya nyaris biasa terdengar menjadi berkurang drastis. Setiap muslim bersemangat untuk saling mengingatkan agar tidak membicarakan sesuatu yang tidak penting. Gosip dihindari, dusta pun dijauhi. Ini kesadaran yang menguat di bulan Ramadhan. Syaikh Nawawi Banten (1814-1897M) dalam kitabnya, Nihayatuz Zain” mengatakan bahwa orang berpuasa seyogyanya menjaga lisannya (kafful lisan) dari perkataan yang tak bermanfaat lebih-lebih parkataan yang dilarang, seperti berdusta dan gosip.
 
Keempat, di bulan Ramadhan ini umat non muslim pun terdorong untuk lebih menunjukkan rasa hormat dan toleransinya kepada umat Islam. Mereka yang mempunyai restoran mengendalikan diri untuk tidak bersikap demonstratif. Mereka yang mempunyai tempat hiburan pun memilih tutup demi penghormatannya terhadap umat Islam.

KH Yasin Asymuni Kediri dalam kitab "Risalatus Shiyam" mengutip cerita seorang Majusi menghukum putranya yang ia pergoki sedang makan di area publik. Sang ayah bertanya, "apakah kamu tidak menjaga kehormatan orang Islam di bulan Ramadhan?" Saat orang Majusi ini wafat, terdapat kiai yang ma’rifat bermimpi melihat orang Majusi tersebut berada di atas peraduannya yang mulia di surga. Kiai ini bertanya, "bukankah Anda Majusi?" Dia menjawab, "ya, saya orang Majusi yang Anda kenal. Tapi saya mendengar di waktu kematian ada suara yang nadanya memanggil, hai Malaikat, jangan kau tinggal dia dalam keadaan Majusi. Muliakanlah dia dengan Islam karena ia telah memuliakan Ramadhan." Tuturnya.

Seorang non muslim saja saat memuliakan Ramadhan ia meraih keimanannya, apalagi orang yang berpuasa di bulan Ramadhan tentu ia mendapatkan kemuliaan. Selamat berpuasa.

*Penulis adalah Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama; Wakil Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA