Penetapan ini berdasarkan hasil penghitungan dengan metode
wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Berbeda dengan pemerintah yang menggunakan penglihatan hilal secara kasat mata.
"Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadhan 1437 H jatuh pada Senin Pahing 6 Juni 2016," ujar Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Umar Fatkhurrohman, dalam jumpa pers di kantor PP Muhammadiyah, Jalan Cik Di Tiro, Kota Yogyakarta, kemarin.
Umar menjelaskan, ada tiga parameter untuk memperkirakan wujudul hilal (tampaknya pertanda awal bulan). Pertama harus sudah terjadi ijtimak atau konjungsi antara matahari dan bulan. Kedua, ijtimak harus terjadi sebelum matahari terbenam dan ketiga saat matahari terbenam, bulan belum terbenam.
Dari parameter itu, kemudian dilakukan penghitungan. Hasilnya, tiga parameter itu sudah terpenuhi. "Hasil penghitungan ijtimak sudah terjadi pada Minggu, 5 Juni 2016. Pada saat itu, hilal sudah akan tampak atau terwujud," urainya.
Di dalam jumpa pers juga disebutkan, tanggal 1 Syawal 1437 H jatuh pada hari Rabu Pahing, 6 Juli 2016. Tanggal 1 Zulhijah 1437 H jatuh pada Sabtu Legi 3 September 2016. Hari Arafah (9 Zulhijah 1437 H) jatuh pada Ahad Wage 11 September 2016.
Sedangkan Idhul Adha (10 Zulhijah 1437 H) jatuh pada Senin Kliwon 12 September 2016.
"1 Ramadhan 1437 H sampai tanggal 1 Syawal 1437 H jadi puasa Ramadhan digenapkan menjadi 30 hari," pungkas Umar.
Publik nampak anteng menanggapi pengumumam ini. Tak ada yang coba mendebat keputusan Muhammadiyah.
Padahal biasanya, keputusan menetapkan awal puasa dan Lebaran selalu jadi topik panas, terutama di dunia maya. Soalnya, banyak yang ingin Lebaran digelar seragam. Tidak beda antara versi Muhammadiyah, NU atau pemerintah.
"Tinggal nunggu keputusan pemerintah," cuit @byanditya, kemarin. Keputusan pemerintah biasanya selalu sama dengan perhitungan yang dilakukan Nahdlatul Ulama alias NU.
"Awal puasa dan Lebaran sudah ditetapkan. Kalau gaji ke 13 dan 14 kapan ya," ucap @dennyrochman. ***
BERITA TERKAIT: