Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Global Base Review (GBR), Rusdianto Samawa, kepada
Kantor Berita Politik RMOL beberapa saat lalu (Minggu, 3/4).
"Banjir di Bojonegoro lebih susah dan sangat sulit diatasi. Kesulitan itu ditemukan karena banjir Begawan Solo yang setiap saat bahkan setiap minggu bisa terjadi. Namun Kang Yoto bisa berdamai dengan banjir, bahkan menjadikan banjir dari musibah sebagai berkah," kata Rusdianto.
Terkait dengan reformasi birokrasi, lanjut Rusdianto, kultur di Bojonegoro adalah budaya patron and klien sangat kuat sehingga sulit diubah dan didialogkan. Hal ini berbeda dengan Jakarta yang lebih egaliter.
"Namun ternyata, 8 bulan memimpin, budaya patron itu berhasil dikikis Kang Yoto dan reformasi birokrasi berjalan dengan pendekatan kemanusiaan, welas asih, dan harmonisasi," ungkap Rusdianto,
Dengan dua hal ini saja, sambung Rusdianto, sudah sangat cukup menjadikan Kang Yoto sebagai pemimpin alternatif untuk DKI Jakarta yang lebih baik. Lebih-lebih Jakarta butuh pemimpin yang mengakrabi banjir dan memanusiakan manusia.
Menurut Rusdianto, tingkat kepercayaan publik terhadap Bupati Bojonegoro Suyoto sangat luar biasa. Hal ini bisa dibuktikan dengan hasil survei ada awal bulan Maret lalu di Bojonegoro. Masyarakat Bojonegoro menilai Suyoto sangat baik dan terpercaya. Hal ini sebab dalam memimpin, Suyoto tidak korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
[ysa]
BERITA TERKAIT: