Tim Ekspedisi Indonesia Raya menjadi rombongan pendakian teraÂkhir yang turun gunung pada musim pendakian Aqoncagua yang dibuka September-Februari 2016.
"Sekalipun pendakian ini begitu draÂmatis dan menguras tenaga, kami berÂsyukur seluruh tim sehat walafiat dan selamat menyelesaikan misinya," kata promotor Tim Ekspedisi Indonesia Raya Teguh Santosa yang menjemput di Jembatan Horcones pada ketinggian 2.950 mdpl di Gunung Aconcaqua, Minggu petang waktu setempat.
Dalam pendakiannya, Tim Ekspedisi Indonesia Raya sekalipun menghadapi cuaca dingin dan badai berbahaya atau El Viento Blanco berhasil menjejakÂkan kaki di ketinggian 6.600 mdpl atau terpaut 300 mdpl dari summit di ketinggian 6.962 mdpl. Namun awan tebal disertai badai dengan kecepatan angin 30 knot yang terus membayangi Tim Ekspedisi tak memungkinkan melanjutkan perjalanan. Kondisi ekÂstrim dengan suhu minus 14 derajat celcius itu memaksa tim ekspedisi turun menuju Plaza De Mulas di 4.300 mdpl. Gunung Aconcaqua merupaÂkan gunung kedua tertinggi di dunia setelah Mount Everest yang dikenal dengan cuaca ekstrim. Pada musim pendakian September-Februari 2016 yang ditutup pada 15 Maret 2016 ini, banyak rombongan dari manca negara yang mendaki, dimana tercatat satu pendaki meninggal dunia.
"Sebenarnya tim sudah mengÂkaji optimal seluruh opsi melakukan pendakian ulangan dengan summit attack setelah turun di titik aman 4.300 Mdpl. Namun, tidak memperoleh ijin pihak otoritas Aconcaqua Park, karena cuaca gelap di atas puncak Aconcagua yang tak berkesudahan," imbuh Teguh.
Sebelumnya, tim pendakian militer dari Belanda pun yang menjadi romÂbongan kedua terakhir yang sampai di titik ketinggian 5.900 Mdpl pun terpaksa harus turun gunung.
Tim Ekspedisi Indonesia Raya yang mendaki sejak 21 Februari 2016 lalu dengan personel pendaki tunadaksa Sabar Gorky, lima anggota Korps Marinir, dua pecinta alam dan seorang wartawan Kantor Berita Politik RMOL mampu bertahan beberapa hari melalui cuaca dingin dan El Viento Blanco.
Ketika menuruni gunung, Tim Ekspedisi Indonesia Raya melakukan prosesi kecil berdoa dan menyanyiÂkan lagu Indonesia Raya di jembatan Horcones, Aconcaqua. Kesembilan pendaki secara umum dilaporkan dalam keadaan baik.
Teguh menyampaikan salam dari pendiri Yayasan Artha Graha Peduli Tomy Winata yang secara intensif mengikuti perkembangan pendakian dari hari pertama.
Yayasan AGP adalah pendukung utama ekspedisi ini. Pendukung lain adalah Kementerian Pariwisata, MatahariMall.com, PT Telkom, dan Kosgoro 1957.
Komandan Pendakian Letkol Marinir Rivelson Saragih mengaÂtakan, para pendaki telah berupaya sekuat mungkin mencapai puncak Aconcagua, di tengah tantangan alam berupa badai dan perubahan suhu yang sangat ekstrem.
Di awal pendakian cuaca cukup bersahabat. Namun memasuki ketingÂgian 5.000 mdpl para pendaki mulai menghadapi kondisi alam yang keras. "Kawan-kawan kembali dengan seÂlamat. Ini sesuai dengan harapan kita semua," terangnya.
Rivelson menambahkan, keberhasiÂlan bagi seorang pendaki adalah ketika mampu mengambil pelajaran berharga dari pendakian yang sudah dilaksanaÂkannya. "Saya berterimakasih seluruh anggota tim bisa bekerjasama dengan baik sehingga tidak terjadi hal-hal yang di luar kendali," ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama Manajer Pendakian, Dar Edi Yoga mengaku bangga atas perjuangan semua pendaki. "Ini adalah kemenanÂgan kita semua. Kita siap menghadapi tantangan dan misi pendakian berikutÂnya," kata Yoga.
Yoga berharap selanjutnya seluruh pendaki dapat menyelesaikan ekspeÂdisinya untuk tujuh gunung tertinggi di dunia. Setelah mendaki Aconcagua, Tim Ekspedisi Indonesia Raya masih akan berada di Argentina beberapa hari sebelum kembali ke Indonesia.
Tim Ekspedisi Indonesia Raya akan diterima Dubes RIuntuk Argentina Jonny Sinaga dan Atase Pertahanan RI Kolonel (Pnb) Budhi Achmadi di Buenos Aires.
Teguh berharap pendakian yang memperoleh dukungan luas berbagai pihak inipun akan tetap berlanjut mengharumkan dan memperkenalkan nama Indonesia di kancah dunia.
Sebelumnya, Sabar Gorky telah menyelesaikan tiga pendakian guÂnung tertinggi dunia yaitu, Gunung Elbrus yang merupakan bagian dari pegunungan Kaukasus Barat di Kabardibo-Balkaria dan Karachay-Cherkessia Rusia dekat dengan perÂbatasan Georgia.
Gunung ini merupakan gunung tertinggi di daratan Eropa dengan ketinggian puncaknya 5.642 mdpl. Summit kedua yang sudah didaki adaÂlah gunung Kilimanjaro di Tanzania benua Afrika yang memiliki ketingÂgian 5.895 mdpl.
Gunung ketiga yang didaki Sabar Gorky dan tim Marinir adalah punÂcak Cartenz Pyramid yang terletak di Provinsi Papua. Puncak Cartenz memiÂliki tinggi 4.884 mdpl. Sementara itu, gunung keempat yang sudah didaki adalah gunung Aqoncagua setinggi 6.962 mdpl.
Dengan begitu masih ada tiga guÂnung lagi yang akan didaki, yaitu, Vinson Massif yang merupakan guÂnung tertinggi benua Antartika dengan ketinggian 4.892 mdpl.
Gunung Denali dengan ketinggian 6.168 mdpl yang termasuk dalam kawasan Taman Denali di Amerika Serikat. Gunung ini menjadi keÂtiga tertinggi di dunia setelah Mount Everest dan Aconcagua. "Kedua gunung dijadwalkan akan didaki bertepatan 17 Agustus 2016 dan bulan November 2016," jelas Yoga.
Sementara itu, gunung terakhir yang akan didaki adalah gunung everÂest yang menjadi gunung tertinggi di dunia. Everest terletak di bagian Mahalangur pegunungan Himalaya, dimana seluruh pendakian itu diharapÂkan selesai pada 2017. ***
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: