Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kalau Mau Didukung, Partai Harus Pintar Merawat Follower

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Senin, 01 Februari 2016, 22:46 WIB
Kalau Mau Didukung, Partai Harus Pintar Merawat <i>Follower</i>
siti zuhro
rmol news logo Banyaknya pengikut (follower) partai politik di media sosial dinilai akan cukup berpengaruh terhadap preferensi pemilih pada Pemilu 2019. Asalkan, partai tersebut rajin merawat pengikut tersebut dengan baik.

"Jadi partai-partai yang mendapat banyak dukungan di media sosial harus pintar-pintar merawat dan jangan menciderai dengan aib negatif partai," kata pakar politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro saat dihubungi, Senin (1/2) saat dimintai pendapat atas hasil riset Instute for Transformation Studies (INTRANS) yang dirilis Jumat lalu.

Berdasarkan temuan INTRANS di media sosial seperti, Facebook fans, Twitter followers, Instragram followers, Google+ followers, dan YouTube subscribers, Gerindra partai paling banyak pengikut dengan jumlah 3,8 juta followers. Selanjutnya, PDIP 1,6 juta pengikut, Partai Solidaritas Indonesia 1,1 juta. Menyusul, Hanura (555 ribu pengikut), PKS (250 ribu), Demokrat (189 ribu), PAN (143 ribu), Golkar (104 ribu), Perindo (48 ribu), NasDem (47 ribu), PPP (16 ribu) dan PKB (13 ribu).

Meski jumlah follower berpengaruh terhadap preferensi pemilih, sayangnya, kata Siti, mayoritas partai sepertinya kurang bisa menjaga ritme citra positif partai di media sosial dalam waktu yang lama. Sebab, biasanya yang banyak merusak dan membuat negatif partai justru kader partai yang terkena korupsi atau kasus pemukulan yang rame akhir-akhir ini.

"Akhirnya perbincangan di media sosial justru menjadi negatif dan tentu saja akan memberikan image buruk bagi partai yang menaungi kader tersebut," ungkapnya.

Siti menyebut, kampanye di media sosial menjadi salah satu cara partai untuk mengenalkan program partai ke kalangan anak muda dan masyarakat perkotaan. Sebab, jumlah pemilih muda di Indonesia mencapai 50 persen. "Tapi masalahnya dari jumlah itu tidak semuanya mendapat akses Internet. Hanya kalangan tertentu saja yang bisa menikmati," sebut dia.

Sebetulnya, cara yang paling masif dalam mengenalkan program partai adalah dengan menggunakan jaringan televisi karena langsung masuk ke rumah-rumah penduduk. "Cara ini yang paling ampuh, tapi memang biayanya sangat mahal. Apalagi bagi partai yang berkantong pas-pasan dan cekak," jelasnya.

Untuk itu, cara yang aman, murah dan cepat mempengaruhi anak muda adalah dengan media sosial. "Tapi ingat, media sosial juga bisa menekan dan membully secara habis-habisan. Jadi harus punya cara dan strategi memengaruhi penggiat dunia maya agar selalu membuat citra positif," pungkasnya. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA