"Itu pun dengan kapasitas hanya 3,6 juta ton per tahun. Sedangkan di Masela kapasitasnya mencapai 7,5 juta ton per tahun," kata Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli, kepada redaksi (Senin, 25/1).
Hingga kini juga, lanjut Rizal, belum ada referensi biaya pembangunan FLNG. Ini artinya ada ketidakpastian dalam proses penyelesaian pembangunannya.
"Bukan mustahil angkanya terus membengkak seiring dengan berbagai ketidakpastian tersebut," ungkap Rizal.
Lagi pula, ungkap Rizal, karena teknologinya belum proven, semestinya pembangunan kilang laut Masela masih harus menunggu keberhasilan kilang laut Prelude sebagai benchmark atau acuan. Bila secara oeprasional kilang laut Prelude tidak
running well, bukan mustahil proyek kilang laut Masela dibatalkan.
"Sebaliknya, jika FLNG Prelude sukses, bukan serta-merta FLNG Masela bisa langsung dikebut. Pasalnya, ia masih membutuhkan kajian lebih lanjut karena perbedaan keduanya dari aspek ukuran dan volume produksi LNG, LPG, dan kondensatnya," ungkap Rizal.
[ysa]
BERITA TERKAIT: