Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kemacetan, Masalah Laten Di Bali Yang Mendesak Untuk Diatasi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Senin, 04 Januari 2016, 22:07 WIB
Kemacetan, Masalah Laten Di Bali Yang Mendesak Untuk Diatasi
ilustrasi
rmol news logo Para pemangku kepentingan pariwisata di Bali diingatkan untuk membenahi sistem transportasi, menyangkut kendaraan dan infrastruktur yang ada.

Pakar pariwisata Sapta Nirwandar menyampaikan hal tersebut terkait terpilihnya Bali sebagai pulau terindah kedua di dunia tahun 2015 setelah Galapagos versi Majalah Travel+Leisure.

Baginya, prestasi yang diraih Bali tersebut bukan bukan hal baru. "Sebelum ini Bali beberapa kali terpilih, kalau tidak di posisi satu, ya dua," kata Sapta Nirwandar (Senin, 4/1).

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif era Presiden SBY ini menduga, Bali berada di posisi kedua disebabkan beberapa masalah laten yang kini makin terasa menjadi gangguan, yakni kemacetan dan kebersihan.

Selain itu, dia mengingatkan, juga perlu adanya aturan pengaturan tata ruang dan peruntukan wilayah atau zonasi. Karena kian masifnya pembangunan, telah membuat gedung-gedung perkantoran, pemukiman dan area bisnis muncul dan menggangu kelangsungan berbagai destinasi wisata di Bali.

"Selain itu, seharusnya pemerintah dan warga Bali mulai berpikir untuk menyebar denyut pariwisata ke Utara, tak hanya Selatan sentris seperti saat ini," kata Sapta.

Ia mencontohkan Maladewa (Maldives), yang memusatkan pemerintahan dan bisnis di satu pulau, sementara pulau-pulau lainnya semata untuk wisata. "Tentu saja tak harus mencontoh seutuhnya. Kita bisa melakukan modifikasi," kata dia.

Penilaian Sapta senada dengan pendapat pegiat bisnis pariwisata di Bali, Rainier H Daulay. Rainier yang saat ini mengelola tiga hotel di Bali itu juga melihat kemacetan dan tidak terarahnya pembangunan di Bali akan menjadi persoalan besar dunia pariwisata di Pulau Dewata itu di masa depan. "Saya sudah melihatnya jauh-jauh hari, sebelum kemacetan menjadi semacam rutinitas seperti saat ini," kata Rainier.

Ia mengaku, sekitar 12 tahun lalu dirinya mengajukan usul kepada Pemprov Bali untuk mengadakan sistem transportasi massal yang nyaman dan aman. "Saya saat itu mengusulkan agar dibikin jaringan trem. Saya kira meski sudah melewati satu dekade, usul itu belum usang," kata dia.

Sejalan dengan penilaian Sapta, pebisnis wisata ini juga melihat adanya pemusatan dunia pariwisata di Bali yang terlalu berat ke Selatan. Sementara berbagai potensi wisata di belahan Utara Bali, terkesan terpinggirkan dan tidak berkembang. Menurut dia, hal itulah yang kini membuat bisnis perhotelan di Bali bagian selatan tak jarang terpeleset kepada persaingan tidak sehat. "Jadi, seharusnya jangan ada lagi pembangunan hotel di Bali, kecuali di Utara," tandasnya.[zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA