Mereka semua adalah murid-murid dari guru yang mengajarkan dan memperluas pengetahuan dan sekaligus memperkokoh watak dan menunjukkan jalan kehidupan yang mencerahkan. Mereka adalah benar-benar guru yang memiliki pengetahuan, kearifan budi dan karakter yang kuat dan berhasil melahirkan anak-anak bangsa yang juga berpengetahuan, arif berbudi dan berkarakter kokoh. Itulah manusia Indonesia, hamba hamba Allah dan anak bangsa pilihan yang mewarisi semangat membangun kehidupan yang mencerahkan.
Tak bisa dipungkiri bahwa "guru-murid" menjadi bagian yang sangat penting dari rekayasa masa depan bangsa. Karena itu guru-murid jangankah dipandang sebagai mesin industri yang melahirkan produk manusia mesin atau manusia mekanik yang hanya memiliki kemampuan teknikal tanpa ruh. Guru-murid janganlah dipahami sebagai hubungan kontraktual yang diikat oleh komitmen finansial. Guru-murid juga jangan diperlakukan sebagai
patron-client, atas bawahan, yang memerintah dan yang diperintah, yang mendominasi dan yang didominasi.
Corak guru-murid di atas, tidak akan mampu melahirkan orang-orang besar dan masyarakat dengan peradaban yang besar. Yang akan muncul justru manusia dengan mental tukang atau mental budak.
Guru-murid adalah esensi kehidupan yang benar-benar berorientasi kepada upaya serius dan seksama untuk misi
humanize human. Karena itu, soal kepribadian, soal martabat, soal nurani menjadi sangat penting. Inti pendidikan adalah menanamkan dan memperkokoh nilai-nilai kemanusiaan; menghargai diri sendiri, orang lain apapun latar belakangnya.
Salah satu penyakit bangsa kali ini adalah semakin hilangnya respek. Yang terjadi adalah saling menghina, saling menghujat, saling merendahkan dan saling membenci atas nama apapun. Bahkan tindakan yang tidak terhormat justru juga terjadi di lembaga pendidikan. Yang juga sangat memprihatinkan adalah bahwa tindakan kekerasan, pengeroroyokan, buli, pelecehan seksual, pemerasan dilakukan oleh anak-anak di bawah umur dan tersebar secara meluas lewat media sosial yang juga sudah sangat telanjang.
Bangsa ini sama sekali tidak bisa berharap kepada siapa saja yang memperlakukan pendidikan dengan cara-cara yang tidak beradab. Jangan wariskan masa depan bangsa ini kepada generasi yang kropos hati, otak dan kepribadiannya. Karena itu Pemerintah dan masyarakat berkewajiban mengembalikan Guru-murid yang sejati yang benar-benar mengerti esensi kehidupan masa depan. Ini adalah misi mulia untuk kemuliaan bangsa. Selamat Hari Guru [***]
Sudarnoto A Hakim adalah Ketua Komisi Pendidikan dan Kader MUI Pusat, Wakil Ketua Majelis Dikti PP Muhammadiyah, serta dosen tetap Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta.
BERITA TERKAIT: