Rhoma sebelumnya telah berkali-kali gagal menjadi calon presiden dan calon wakil presiden. Bahkan Rhoma sempat menjadi calon ketua umum partai, terakhir Partai Bulan Bintang, meski semuanya kandas.
"Dengan kata lain, partai Idaman ini masa depannya tak akan lebih daripada idaman RI (Rhoma Irama) untuk menjadi capres maupun cawapres selama ini," jelas pengamat politik senior AS Hikam (Minggu, 12/7).
"Hal ini disebabkan orientasi partai yang eksklusif dan belum jelasnya basis massa yang ingin digunakan sebagai penopangnya," sambung Hikam.
Menurutnya, partai politik berbeda dengan "fans club" Rhoma Irama sebagai pemusik kondang. Seandainya Idaman adalah singkatan "Ikatan Dangdut Mania", Hikam menilai akan lebih banyak pengikutnya.
"Karena merupakan fans club musik dangdut, dimana RI adalah dedengkotnya yang sudah malang melintang di seluruh dunia," ungkap mantan Menteri era Pemerintahan Gus Dur ini.
Dia menjelaskan, bukan berarti Partai Idaman kelak tak ada pengikutnya. Sebab di negeri ini parpol baru dengan produk kecap baru sulit dibedakan.
"Kendati isi parpol orangnya sama, tetapi jika merknya dan kemasannya beda, biasanya akan ada saja yang mau menjadi pendukung. Apalagi jika ada iming-iming 'gizi' dan kedudukan," ungkapnya.
Hanya saja, untuk masuk nominasi sebagai peserta Pemilihan Umum 2019 dan berkompetisi dengan parpol-parpol yang sudah bercokol di Senayan saat ini, bagi Partai Idaman tampaknya merupakan hil yang mustahal.
Meski begitu, Hikam menghormati langkah politik Rhoma Irama tersebut. "Tentu adalah hak politik RI untuk mendirikan atau ikut terlibat dalam parpol apapun," demikian AS Hikam.
[zul]
BERITA TERKAIT: