Dia mengingatkan, kalau belajar dari merek-merek global yang telah sukses dipasarkan, salah satu strategi pemasarannya ialah mengedepankan nilai atau value, jadi tidak sekadar material produk tersebut.
Menteri Saleh menyampaikan itu saat mengunjungi sentra tenun Lombok di Sukarara, Jonggat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Jumat (5/6).
Untuk tenun khas Lombok, nilai yang dapat diunggulkan memperkuat brand adalah proses produksi yang menggunakan pewarna alami. Hal ini sesuai dengan tren peduli lingkungan yang menguat.
"Unsur eksklusivitas juga didapatkan. Apalagi tenun ikat dan songket Lombok diproduksi minim sentuhan mesin bahkan manual. Artinya ada unsur craftsmanship," ulasnya.
Keunggulan itu mesti terus dipromosikan secara luas. Selain mengikuti pameran di level nasional dan internasional, perajin dapat menggunakan laman atau website untuk menjangkau dan berinteraksi langsung dengan peminat kain tenun Lombok di seluruh dunia.
Menurut Amin, salah satu pelaku tenun Sukarara, jumlah para penenun tenun ikat dan songket di Sukarara mencapai 2516 orang.
Para penenun menggunakan bahan pewarna alami antara lain dari akar bakau, daun jati, dan tanaman hutan. "Kami juga menggunakan serat seperti dari batang pisang dan juga nanas," tandasnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: