Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Bukan Kebetulan Pengungsi Rohingya Terdampar di Aceh

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Kamis, 14 Mei 2015, 19:56 WIB
Bukan Kebetulan Pengungsi Rohingya Terdampar di Aceh
rmol news logo Alhamdulillah, ratusan etnis Rohingya dari Myanmar dan Bangladesh yang terdampar di Kecamatan Seunudon, Aceh Utara, masih bisa tersenyum. Karena mereka mendapat perhatian dari masyarakat setempat.

Begitu pengamatan Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT), Ahyudin, saat menginspeksi langsung pencari suaka tersebut di tengah area penampungan, Pantai Desa Kuala Cangkui, Kecamatan Lapang, Aceh Utara kemarin.

"Saya bahagia, meski mereka habis berhari-hari berlayar, bahkan baru dipindahkan setelah ditampung di Gelanggang Olahraga Lhoksukon, terlihat sumringah. Itu karena masyarakat khususnya Aceh Utara, menyambut mereka dengan baik. Mereka spontan berbagi apa yang mereka miliki. Yang menyolok, warga berduyun-duyun pakai sepeda motor atau mobil, ke pengungsian mengantar bantuan sporadis," ungkap Ahyudin.

Sedari awal, dia memang mengajak masyarakat melihat para pencari suaka itu dengan mata hati. Karena menolong orang-orang yang dizalimi wajib. Ajaran manapun sepakat, menyelamatkan jiwa itu keharusan kemanusiaan. Apalagi, menurutnya, bukan kebetulan mereka terdampar di provinsi paling barat tersebut.

"Setelah Aceh dilanda tsunami, pembangunan besar-besaran pun terjadi di Aceh. Lalu sekarang, ada muncul ratusan orang teraniaya di Aceh. Mereka itu, pembawa berkah, jangan biarkan pergi apalagi disuruh pergi," ungkap Ahyudin

Karena itulah dia bersyukur sebab dalam amatannya, kehangatan menguar, pengungsi merasa aman, meski duduk berpencaran menikmati udara pantai di tengah keriuhan lalu-lalang pengungsi, pekerja kemanusiaan, dan warga setempat.

Ada yang unik, pedagang kecil berdatangan seolah pasar malam. Pengungsi sebagian juga belanja dengan uang recehan. Rupanya ada yang berbagi uang. Tapi tidak merata.

Presiden ACT pun memborong semua pedagang jajanan dan menyilakan para pencari suaka itu memilih jajanan yang disukainya.

Makanya, tak hanya pengungsi, pedagang siomay seperti
Ahmad Luthfi juga senang karena dagangannya habis. "Masih ada 200 ribuan ini, dihabiskan seketika. Alhamdulillah," ujar warga Lhoksukon yang berdagang dengan gerobak bermotor.

Mi, bakso dan kacang rebus, semua diborong. Beberapa warga spontan menemani para pedagang itu menyiapkan paket-paket kecil dan ikut mendistribusikan ke tiga kelompok pencari suaka: kelompok pria Banglades, kelompok pria Rohingya dan kelompok perempuan dan anak-anak.

"Tadinya mereka di desa saya, di pantai Seneuddon, lalu dipindah ke GOR Lhoksukon, barusan sore ini ke pantai Kuala Cangkui. Saya ingin menyaksikan kondisi mereka. Apa yang bisa saya bantu bersama ACT," ujar Tengku Mahmudi, seorang warga Seneudon, yang mencermati aktivitas tim ACT di hari pertama pencari suaka ini di Kuala Cangkui.

Fenomena Aceh Utara, pertanda bagus. Warga nampak sadar, bagaimana harus bersikap manusiawi. "Pencari suaka itu membawa berkah. Perbaikan Indonesia, benar-benar bermula dari Aceh, dengan kebaikan akhlak warganya. Jangan tukar berkah ini dengan petaka, saat kita mendeportasi pencari suaka yang begitu menderita hidupnya," tandas Ahyudin. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA