"Partisipasi tersebut terjadi pada semua kanal kampanye melalui media massa dan sosial maupun berbagai kegiatan," ujar dosen pascasarjana Departemen Ilmu Komunikasi UI, Ummi Salamah, saat bedah bukunya "Brand Pemimpin Politik" kemarin.
Selain itu, dimensi kepribadian brand Jokowi yang menonjol adalah merakyat, membumi, turun lapangan, ramah dan jujur. Sifat-sifat tersebut, didukung oleh jejak rekam dan kebutuhan pemilih untuk mendapatkan pemimpin yang baru, mampu melesatkan favorabilitas yang berdampak positif pada elektabilitas Jokowi.
"Dan beliau berhasil memenangkan Pilpres 2014," ujar Ummi Salamah yang meraih gelar doktor Ilmu Komunikasi Politik pada 2014 lalu melalui disertasi tentang Brand Pemimpin Politik.
Karena itu, dia menegaskan, tantangan yang lebih berat dan riil muncul saat Jokowi memerintah sebagai Presiden RI. Brand Jokowi harus mampu berkembang dan merambah dimensi kepribadian lain seperti pintar dan kompeten.
"Selama enam bulan terakhir, dari pemberitaan di media massa dan publikasi jajak pendapat berbagai lembaga terlihat bahwa brand Jokowi belum berkembang atau berekspansi," ungkapnya.
Padahal, dia menambahkan, publik membutuhkan keyakinan bahwa Jokowi memiliki sifat-sifat yang menunjukan kemampuannya menyelesaikan masalah-masalah yang berkembang seperti pengelolaan harga BBM, pertumbuhan ekonomi yang menurun dan nilai tukar rupiah yang melemah.
"Belum muncul asosiasi-asosiasi baru terkait brand Jokowi yang menjadi indikator bahwa brand ini mengedepankan solusi masalah-masalah tersebut dan mampu menyelenggarakannya," jelas Ummi Salamah, yang juga seorang psikolog ini.
Dia mengingatkan, kalau dimensi-dimensi dari brand Jokowi tersebut tidak mampu berkembang, dukungan publik akan terus meluncur turun.
[zul]
BERITA TERKAIT: