Pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi melihat pidato Megawati merupakan refleksi sikap "kekecewaan" Megawati dan PDIP terhadap rezim pemerintahan Jokowi sekarang ini. Tuduhan Megawati mengenai pembonceng-pembonceng "gelap" di pemerintahan Jokowi adalah sinyal tegas terhadap pembantu-pembantu Jokowi yang selama ini kerap melakukan blunder dan mencoreng kebijakan presiden.
"Harusnya Jokowi bisa mencamkan pidato Megawati, yang dikehendaki PDIP adalah jiwa kerakyatan dalam setiap kebijakan yang diambil pemerintah. Jokowi juga harusnya menyadari bercokolnya orang-orang yang menjadi pembantunya selalu menjadi brutus dalam setiap kebijakan yang pro rakyat karena mengincar kepentingan ekonomi belaka," tukas pengajar mata kuliah Humas Politik di Program Sarjana UI ini kepada Kantor Berita Politik RMOL beberapa saat lalu (Kamis, 9/4).
Menurut Ari Junaedi, yang pengajar Program Pascasarjana UI, tidak cukup sulit untuk menebak arah pidato Megawati kepada siapa pihak yang disasar. Ia menduga kekecewaan Megawati lebih ditujukan kepada Sekretaris Kabinet Andi Wijayanto, Menteri BUMN Rini Suwandi dan Kepala Staf Kepresidenan Luhut Panjaitan.
"Melihat arah kebijakan pemerintahan yang neoliberalisme dengan menyerahkan harga-harga kebutuhan pokok sesuai mekanisme pasar, ada baiknya Jokowi menyadari ada yang salah dalam pemerintahannya. Bukankah Megawati kembali mengingatkan Jokowi untuk menepati janji kampanyenya sebagai ikatan suci dengan rakyatnya," demikian Ari Junaedi, yang juga dosen S2 di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini.
[ysa]
BERITA TERKAIT: