Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kemenperin Fokus Tingkatkan SDM agar Bisa Bersaing di Pasar Bebas ASEAN

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Senin, 23 Februari 2015, 21:16 WIB
Kemenperin Fokus Tingkatkan SDM agar Bisa Bersaing di Pasar Bebas ASEAN
rmol news logo Tantangan berat yang akan dihadapi Indonesia pada pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan berlaku pada akhir 2015 adalah persaingan tenaga kerja terutama yang terampil dan kompeten. Karena itu, Kementerian Perindustrian terus menyiapkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang terampil di bidang industri menyongsong pemberlakuan MEA yang tinggal 10 bulan lagi tersebut.

Demikian disampaikan Menteri Perindustrian Saleh Husin saat tampil sebagai pembicara utama dalam diskusi Arah Kebijakan Perindustrian untuk Kemakmuran dan Pemerataan Rakyat” yang digelar Ikatan Sumberdaya Manusia Profesional Indonesia dan Institut Paradigma Indonesia di Jakarta, Senin (23/2).

"Target program pengembangan SDM industri pada tahun 2015, antara lain tersedianya tenaga kerja industri yang terampil dan kompeten sebanyak 21.880 orang, adanya Lembaga Sertifikasi Profesi dan Tempat Uji Kompetensi bidang industri sebanyak 20 unit," jelasnya.

Selain itu pihaknya mendorong pendidikan dan skill calon asesor dan asesor kompetensi dan lisensi sebanyak 400 orang dan pendirian 3 akademi komunitas di kawasan industri.
"Pada pertengahan Februari lalu, Kemenperin telah menyepakati nota kesepahaman pendirian akademi komunitas industri dengan Pemkot Surakarta," ujar Menteri Saleh.

Dia menambahkan, pihaknya juga tengah meningkatkan daya saing dengan memperkuat struktur industri melalui hilirisasi, penguatan pasar dalam negeri, dan SNI wajib bagi produk tertentu. "Tahun ini juga telah ditetapkan Kemenperin sebagai momentum pembangunan industri. Pada jangka waktu 2015-2019, diharapkan terbangun industri yang tangguh dan berdaya saing," imbuh mantan anggota Komisi V DPR RI ini.

Beberapa sasarannya ialah penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan non-migas sebesar 15,43 juta tenaga kerja dan meningkatnya investasi di sektor industri pengolahan non-migas sebesar Rp 271,1 triliun.

Begitu juga dengan peningkatan penyebaran dan pemerataan industri sebesar 32 persen,” kata Saleh Husin. Industri, lanjut Menteri menjadi andalan terhadap peningkatan nilai tambah, devisa negara dan penyerapan tenaga kerja.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Ikatan Sumber Daya Manusia Profesional Indonesia Ivan Taufiza mengatakan, Indonesia perlu belajar dari Tiongkok dan Brasil.Kedua negara itu melakukan investasi besar untuk pengembangan keterampilan industri  melalui program magang. "Setiap tahun sekitar 2,5 juta pekerja di Brasil dan 11,3 juta pekerja di Tiongkok mendaftar mengikuti berbagai program teknis di negaranya,” paparnya.

Dia juga menyebutkan, pada 1960-an sekitar 60 persen tenaga kerja Tiongkok bekerja di pedesaan namun kini tinggal 35 persen. Artinya, Tiongkok telah berubah dari masyarakat pertanian tradisional ke negara industri modern.

Begitu juga dengan Brasil yang pada tahun1970,hanya 56 persen populasi penduduknya tinggal di pedesaan. Namun di 2005, Brasil sudah dapat memproduksi 2,4 juta kendaraan bermotor, 33 juta ton baja, 34 juta ton semen, dan 23,3 juta telepon seluler. Bahkan negara ini mampu menjadi produsen pesawat terbesar keempat di dunia, yang mengkhususkan pada pesawat jet regional,” ujar Ivan.  [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA