"Nak, tadi dengerin khotbahnya?" tanya Sang Ayah.
"Dengerin dong Yah...!" seru Sang Anak.
"Sekarang Ayah mau tes kamu, sebagai Anak kamu harus berbakti pada siapa?" uji Ayah.
"Ibu dong!" jawab Anak dengan tegas.
"Kemudian siapa lagi?" kejar Sang Ayah.
"Ibu lagilah!" jawab si Anak.
"Oke, selanjutnya siapa?" tanya Ayah.
"Ibu lagi Yah...!" jawab Sang Anak dengan lugas.
"Bagus, abis itu siapa lagi?" puji Ayah.
"Ayah tentunya!" ucap Anak dengan takzimnya.
"Pinteeeerrr! Kamu memang anak Ayah. Jadi Ibunya ada berapa tadi?" imbuh Sang Ayah.
"Ada 3 Yah...!" pungkas Sang Anak.
"Ayahnya berapa?" ulang Ayah sekali lagi.
"Satu...!" ujar Anak dengan lugunya.
"Ibu kamu sekarang ada berapa?" tanya Sang Ayah.
"Satu!" tegas Si Anak.
"Berarti kurang berapa?" tanya Ayah.
"Dua...!" jawab Sang Anak.
"Siiip.....! Nanti sampe di rumah bilang sama Ibu mu yaaa...!" pinta Sang Ayah.
Sesampainya di rumah, Sang Anak pun mencari Ibunya dan menyampaikan amanat dari Sang Ayah.
"Ibu....Ibu...! Tadi kata ayah, seharusnya aku punya tiga ibu, karena sekarang baru satu, jadi masih kurang dua lagi!" seru Sang Anak.
"Nak, kamu tau ini sayur apa?" jawab Sang Ibu seraya menunjukan terong.
"Terong... Bu!" sahut Sang anak.
"Ada barapa terongnya?" tanya Sang Ibu dengan lembutnya.
"Satu Bu...!" jawab Si Anak.
"Bagaimana caranya agar satu terong ini bisa dinikmati oleh tiga orang?" sergah Sang Ibu.
"Dipotong tiga Bu!" ujar Sang Anak dengan polosnya.
"Anak pintar....! Nanti kamu bilang ke ayahmu ya.....!" ujar Sang Ibu sambil mengusap kepala Sang Anak.
[***]