Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kurangi Jatah, Importir harus Dipaksa Serap Produk Lokal

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Selasa, 23 September 2014, 19:27 WIB
Kurangi Jatah, Importir harus Dipaksa Serap Produk Lokal
kamajaya dan gubernur jateng ganjar pranowo
rmol news logo Apapun kebijakan yang diambil pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian, kalau tidak memprioritaskan basis tenaga kerja banyak, seperti petani padi, gula, kedelai, jagung, dan nelayan, itu tidak ada gunanya.

Karena itu, pemerintah mendatang harus punya komitmen yang kuat untuk mengurangi impor semua produk yang berbasis komunitas besar seperti petani dan nelayan. Minimum separuhnya harus dipangkas.

"Di catatan kami yang impornya gila-gilaan itu gula, jagung, kedelai, daging, beras, ikan-ikan. Semua itu harus dipangkas,"  tegas Direktur Utama PT Gendhis Multi Manis, Kamajaya saat dihubungi wartawan (Selasa, 23/9).

Tak hanya itu, menurutnya, perusahaan yang boleh mengimpor tersebut juga harus perusahaan yang membeli produk-produk petani dan nelayan.

"Misalnya ada satu perusahaan dapat jatah (impor) 100 juta ton gula. Itu menurut saya mesti dihapus. Separuhnya dia harus membeli produk lokal," tegas Kamajaya, yang selama ini dekat dengan petani terbukti dengan pabrik gulanya dimana 100 persen berasal dari kebun plasma petani.

Dia menekankan, hal itu harus dilakukan oleh pemerintah mendatang. Kalau perusahaan tersebut tidak bersedia, jangan diberi jatah impor.

"Kalau perusahannya nggak mau, jangan dikasih sama sekali. Gampang sekali. Tinggal ambil pulpen, buat putusan yang benar. Itu saja. Jadi (impor) pangkas, minimum separuh. Itu (jatah impor) diberikan kepada mereka yang menyerap produk lokal," ungkapnya lagi.

Menurutnya, langkah tersebut perlu diambil untuk memaksimalkan potensi pangan Indonesia yang sangat besar. "Saya kira nggak susah-susah amat (untuk memaksimalkannya) kalau dikelola dengan baik. Makanya kita tergantung Pak Jokowi sekarang," tandasnya. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA