Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Soal Pembelian Tank Leopard, Jokowi Terkesan Menyalahkan TNI

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Selasa, 24 Juni 2014, 07:25 WIB
Soal Pembelian Tank Leopard, Jokowi Terkesan Menyalahkan TNI
rmol news logo Pernyataan Joko Widodo (Jokowi) yang tidak setuju atas pembelian tank leopard  dari Jerman bisa blunder. Karena sama saja, calon presiden yang diusung PDIP, Nasdem, PKB, Hanura serta PKPI tersebut menyalahkan TNI dan Kementerian Pertahanan.

Demikian disampaikan Direktur Indo Strategis, Andar Nubowo, kepada Rakyat Merdeka Online pagi ini (Selasa, 24/6).

"Kalau dicermati, jawaban Jokowi tampak tidak strategis dan blunder secara politik. Yakni terkesan menyalahkan pembelian thank leopard seberat 60 ton yang menurutnya tidak cocok dengan kondisi alam dan geografis Indonesia," jelas Andar.

"Kesannya, Jokowi menyalahkan kebijakan pembelian thank itu sebagai kebijakan yang tidak tepat, yang dilakukan institusi terkait Kemhan dan institusi TNI," sambung dosen FISIP UIN Jakarta ini.

Menurutnya, pernyataan Jokowi tersebut bisa semakin dianggap menyudutkan institusi TNI. Setelah sebelumnya tim Jokowi lalu menuding Babinsa tidak netral karena dianggap mengarahkan masyarakat untuk memilih Prabowo-Hatta, yang kemudian dibantah Panglima TNI.

"Di tengah kontroversi netralitas TNI dan polemik antar purnawirawan pada Pilpres ini, pernyataan Jokowi bisa dianggap sebagai pernyataan yang kurang bersahabat," demikian Andar, jebolan Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales (EHESS) Paris Perancis ini. (Baca: Jenderal Pramono: Pembelian Tank Leopard dari Jerman Babak Baru Kerjasama Militer)

Dalam debat capres Minggu malam lalu, Jokowi mengungkapkan ketidaksetujuannya atas pembelian tersebut karena tank leopard tidak cocok untuk wilayah Indonesia. "Tank leopard terlalu berat, 62 ton, lewat jalan rusak semua, apalagi jembatan kita tidak kuat menahan 62 ton," jelas Jokowi. [zul] 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA