"Artinya, berbagai informasi yang masuk perlu didalami KPK dan bukan dijadikan olok-olokan oleh pimpinan KPK," jelas aktivis anti korupsi, Neta S. Pane, kepada
Rakyat Merdeka Online (Kamis, 6/2).
Menurut Neta, jika informasi yang masuk hanya dijadikan bahan olok-olokan, masyarakat tidak akan percaya lagi pada KPK. Masyarakat juga tidak akan mau lagi memberikan informasi.
"Masyarakat akan masa bodoh dengan KPK. Mereka tidak akan peduli lagi pada KPK, mau memberantas korupsi atau tidak dan mau berkolusi dengan koruptor atau tidak, masyarakat tidak peduli dan apatis," tegas deklarator Komite Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk Kasus Nazaruddin (KPK2N) ini.
Sikap masa bodoh tersebut sudah ditunjukkan masyarakat pada Polri. Akibatnya kepercayaan masyarakat pada Polri semakin hilang.
"Sebab itu kita sangat menyayangkan pernyataan BW (Bambang Widjojanto) tersebut. Seharusnya pimpinan KPK lebih berhati-hati dalam melontarkan ucapannya ke publik, terutama dalam menyikapi kasus-kasus korupsi besar atau yang menyangkut orang-orang besar," demikian Ketua Presidium IPW ini.
Pernyataan Neta ini terkait penegasan Bambang, bahwa jabatan sebagai Ketua Steering Comitte (SC) Kongres Demokrat tak cukup kuat untuk memeriksa Ibas. Menurutnya, untuk memeriksa saksi atau tersangka sederhana. Kalau memang orang itu disebutkan ada peran, pemeriksaan pasti akan dilakukan untuk membuktikan seseorang ini terlibat atau tidak.
"Simpel banget. Cuma kalau keterangannya bahwa Ibas adalah SC, itu kan semua orang juga sudah tahu, apa lagi yang dipersoalkan soal itu," jelasnya. (Klik:
BW: Semua Orang Tahu Ibas Ketua SC, Kenapa Dipersoalkan?)
Sebelumnya pengacara Anas, Adnan Buyung Nasution menegaskan, kliennya sudah membuka sedikit mengenai Ibas. "Nama Ibas sudah disebut oleh Anas. Pokoknya semua dalam Kongres Partai Demokrat tahun 2010," tegas Buyung.
[zul]
BERITA TERKAIT: