Prosesi penganugerahan gelar kebangsawanan tersebut ini dihelat dalam acara Tinggalan Wiyosan Dalem KGPAA Paku Alam IX ke-78 di Puro Pakualaman, Yogyakarta, Kamis (9/1).
Gelar Kanjeng Raden Tumenggung yang berarti Bupati Sepuh, diberikan kepada Gita berkat kontribusi dan pengabdiannya kepada masyarakat.
"Saya merasa terhormat karena pemberian gelar ini semakin mendekatkan emosi saya terhadap tradisi. Ini sangat emosional karena saya bisa mengikuti jejak kakek saya sendiri yang memang lahir dari rahim budaya Jawa. Beliau mendapat kehormatan sebagai abdi dalem dari Sultan Yogya kala itu," jelas Gita, yang juga Ketua Umum Barisan Indonesia ini.
Penuturan Gita itu memang sangat beralasan mengingat Raden Ngabehi HM. Djojosugito, mantan Sekretaris Pengurus Besar Muhammadiyah pada masa kepemimpinan KH Ahmad Dahlan, merupakan kakeknya.
Sekretaris Jenderal DPP Barindo Fajar Riza Ul Haq menilai, keputusan pemberian gelar kebangsawanan Pakualam terhadap Gita bukan tanpa pertimbangan yang kuat.
"Lihat saja jejak kakeknya yang punya peranan besar dalam perkembangan Islam di pusat peradaban Jawa pada awal abad ke-20. Ia orang pertama yang berhasil menerjemahkan Al Quran ke dalam bahasa Jawa. Ini karya luar biasa," jelas Fajar.
Disinggung adanya kemungkinan motif politik di balik pemberian gelar ini, Fajar menyerahkan publik untuk menilai.
"Semua hal bisa jadi politis kalau kaca matanya tahun politik, terlebih Gita adalah calon presiden. Namun secara kultural bahkan historis Gita tidak bisa lepas dari budaya Jawa," pungkas intelektual muda Muhammadiyah ini.
[zul]
BERITA TERKAIT: