"Kenapa pihak-pihak itu telah menutup matanya atas fakta di lapangan mayoritas masyarakat menilai Jokowi belum pantas dicapreskan saat ini. Levelnya masih menjabat Gubernur dan menyelesaikan tugas serta tanggung jawab pekerjaannya sebagai gubernur DKI Jakarta," ujar pengamat politik Martimus Amin dalam rilisnya (Senin, 23/12).
"Luar biasanya, saking ambisinya semua cara pun digunakan. Sampai sebuah lembaga survei anta berantah merilis hasil polling yang dimuat berbagai media bahwa Jokowi capres terfavorit dan terunggul hanya sekedar berdasarkan hasil penelusuran di google, namanya paling banyak muncul," sambung peneliti senior dari The Indonesia Reform ini.
Menurutnya, ada kekuatan hitam yang lagi bermain di balik gencarnya dukungan terhadap mantan Walikota Solo itu. Jokowi didorong, karena mereka sangat ketakutan kepentingan kelompok dan kapitalnya terganggu jika calon presiden tertentu memenangi Pilpres 2014.
Karena itulah diciptakan
image bahwa fgur Jokowi yang dinilai mampu mengimbangi laju capres tertentu. Melalui perpanjangan tangannya, didesain Jokowi capres yang paling layak dan tidak terkalahkan.
"Hati mereka buta dengan kepentingan bangsa dan negara yang lebih besar. Mereka menafikan realitas bahwa Jokowi baru menjabat Gubernur dan masih harus menyelesaikan tugas yang diamanahkan warga DKI Jakarta kepadanya," demikian Martimus tanpa menyebutkan siapa capres tertentu tersebut.
[zul]
BERITA TERKAIT: