Pengakuannya itu ia sampaikan dalam Serial Seminar Guru Besar bertajuk "Indonesia Menjawab Tantangan: Kepemimpinan Menjadi Bangsa Pemenang" di Universitas Indonesia Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (19/12).
Meski begitu, mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar yang akrab disapa JK ini mengatakan, meski sedih, dia tak pernah meratapi kesedihannya. Sebab, ketika merasa sedih, ia memilih untuk segera mencari solusi untuk tidak sedih.
Ketika masih di pemerintahan, JK tak pernah memilih untuk prihatin. Sebab pemerintah dan dirinya secara khusus tahu bahwa yang dibutuhkan negara adalah solusi, bukan himbauan, bukan keprihatinan.
"Ketika ada konflik di Poso, Ambon dan Aceh, saya sedih mengapa orang bunuh-membunuh, ribuan korban jatuh dan masalahnya tidak jelas? Tapi (saya) tidak meratapi, tapi saya datang untuk menyelesaikan," ungkap Ketua Umum PMI ini.
Menurutnya, ketika itu juga banyak orang yang bersedih melihat kondisi tersebut. Tapi, kata JK sebenarnya orang punya kesempatan untuk tidak sedih dan membalik masalah yang dihadapi menjadi kesempatan untuk berbuat sesuatu, dan memberikan solusi. Untuk itu dia memutuskan untuk berbuat dan menyelesaikan semuanya.
JK menambahkan, selama memimpin baik di saat duduk pemerintahan maupun mengusrus bisnisnya sebelum menjadi menteri, dia tak pernah mau sedih dan mengeluh. "(Saya) justru selalu merasa mudah dalam memimpin, sebab semua masalah berarti kesempatan untuk jadi lebih baik," pungkas JK.
[zul]
BERITA TERKAIT: