Dari Kota Wonogiri, dapat ditempuh dengan naik bus dari Terminal Bus Giriwono dan naik minibus dari dekat Ponten jurusan Tirtomoyo. Dari Tirtomoyo dilanjutkan naik angkutan desa jurusan Kahyangan atau Sukarjo. Setelah itu dapat melanjutkannya dengan jalan kaki sekitar 1 Km karena belum ada sarana angkutan umum menuju petilasan.
Di Kahyangan, terdapat goa yang terletak di atas kedung. Konon, tempat itu sebagai tempat bertapanya Danang Suto Wijoyo, atau yang dikenal dengan Panembahan Senopati, raja pertama kerajaan Mataram Islam. Selain itu, terdapat pula air terjun, dan puncak Kahyangan yang konon merupakan tempat di mana Sutowijoyo menemuai Kanjeng Ratu Kidul, sehingga bagi yang percaya tahyul, dilarang memakai baju yang berwarna hijau.
Pada saat hari biasa, terutama malam Jumat Kliwon, biasanya petilasan ini banyak dikunjungi orang-orang dari luar daerah yang melakukan tirakatan dengan laku tapa, dengan maksud untuk mengolah spiritual atau untuk kanuragan, atau juga hanya sekedar berdoa agar keinginannya bisa terkabul.
Hutan Kahyangan Dlepih dikeramatkan karena pernah digunakan sebagai tempat bertapa bagi sunan Kalijaga (salah satu wali sembilan), Raden Danang sutawijaya (putra angkat Sri sultan Hadiwijaya di Pajang), Raden Mas Rangsang (Sultan Agung Hanyokrokusumao), Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengkubuwono I).
Ketika
Rakyat Merdeka Online mengunjungi tempat ini beberapa waktu yang lalu, ada seorang pengunjung yang langsung jatuh terkulai usai melempar sampah sembarangan di hutan kahyangan. Di dalam hutan Dlepih, terdapat dua batu besar yang bentuknya pipih lebar, sedang ujung atasnya saling bersinggungan sehingga rongganya dapat digunakan untuk lewat. Batu yang tegar berdiri tersebut dinamakan Batu Selo Gapit atau Selo Panangkep.
Biasanya para peziarah spiritual akan melakukan doa atau tapa di bawah batu besar yang berongga semacam goa, datar dan atasnya melebar seperti payung, sehingga batu tempat bertafakur tersebut dinamakan Sela Payung atau Batu Pamelengan.
Untuk melakukan sholat terdapat Batu Gilang yang hitam mendatar bagaikan sebuah meja yang terletak di sebelah selatan Selo Payung. Batu tempat sholat itu dinamakan Selo Gilang atau batu pesalatan tempat dimana Raden Danang Sutawijaya melakukan sholat lima waktu.
Selain itu, biasanya pada saat malam hari banyak pelaku spiritual yang melakukan kum-kum yakni berdendam di kali yang terdapat air terjun kecilnya.
Kahyangan menjadi terkenal karena dahulu Raden Danang Sutawijaya mendapatkan wahyu dari Kanjeng Ratu Kidul agar mendirikan kerajaan mataram, dan ketika menjadi Raja Mataram I, Raden Danang Sutawijaya diberi gelar Kanjeng Penembahan Senopati Hing Ngalogo Kalifatullah Sayidin Panatagama.
[ysa]
BERITA TERKAIT: